Menurutnya, mekanisasi dan teknik pertanian presisi selalu diprioritaskan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan pemanfaatan input efisiensi produksi pertanian.
“Kapasitas lapangan mesin pertanian untuk tanaman budidaya biasanya jauh lebih tinggi daripada tenaga kerja manual. Misalnya kapasitas pengolahan tanah dengan traktor tangan yang memiliki kapasitas mesin 3,7 kW adalah sekitar 1,5 kali kapasitasnya hewan sementara, kapasitas perontokan untuk pemanen listrik (5,3 kW) kira-kira 6 kali lipat kapasitas membanting,” bebernya.
Dengan demikian, sambung Renny, penggunaan mesin pertanian dapat dilakukan secara signifikan meningkatkan kapasitas untuk berbagai operasi pertanian.
“Banyak upaya penelitian di sekitar dunia telah menunjukkan bahwa pertanian presisi memiliki potensi untuk meningkatkan keuntungan dalam suatu ekosistem pertanian,"katanya.
Pertanian presisi mengelola setiap input produksi (misalnya pupuk, air, batu gamping, herbisida, insektisida, dan benih) di lokasi tertentu untuk mengurangi limbah, meningkatkan keuntungan dan menjaga kualitas lingkungan,” ungkap Kepala Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (TPB) Fateta Unand ini.
Baca juga: Fateta Unand Siap Pasarkan Nasi Rendang Instan, Kisaran Harga Rp 30 Ribu per Kemasan
Pembicara kunci lainnya yang berasal dari University Of Khartoun, Suda, Suha Gaafar memaparkan hasil risetnya soal ‘Kinerja Lapangan, Penggunaan Energi, dan Gas Emisi Rumah Kaca dari Operasi Tillage Pada Produksi Beras.
Dia mengatakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai operasi pengolahan tanah di sawah lahan basah melalui kinerja, distribusi waktu lapangan, distribusi pengeluaran energi, dan gas emisi rumah kaca.
Metode riset dilakukan berdasarkan lintasan pengolahan tanah yang berbeda.
“Itu hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas lapangan efektif dan teoritis, efisiensi lapangan, jam tenaga kerja, konsumsi bahan bakar, dan kecepatan operasi,” imbuhnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa 80,7 persen dari total waktu yang dihabiskan untuk operasi olah tanah aktual sementara 17 persen dan 2,3 persen dari total waktu operasi dihabiskan untuk memutar dan membalikkan, masing-masing.
Baca juga: Fateta Unand Gagas KKN New Normal, Bantu Masyarakat dan Pemerintah Hadapi Covid-19
“Hasil juga menunjukkan yang tertinggi kontribusi terhadap pengeluaran energi adalah energi bahan bakar yang mewakili 90,99 persen persen dari total energi. Itu perkiraan energi manusia dari metode konvensional berbasis waktu berbeda secara signifikan dari energi manusia yang diperoleh melalui pengukuran langsung dengan Garmin,” tandasnya.