Sesampai di RSUP M Djamil Zidan langsung mendapatkan perawatn intensif, trambositnya terus naik turun, bahkan sampai ke angka 19 ribu.
“Saat di Padang, ia sampai ngigau karena kondisinya yang terus memburuk, kata istri saya ia bilang mana ayah,” kata Ali yang tidak sempat menemani putra sulungnya saat dirujuk ke Kota Padang.
Sampai hembusan nafas terakhir Zidan, Ali tidak bisa menemaninya.
Di waktu yang sama anak bungsunya juga sedang dirawat di rumah sakit Pariaman, karena suhu tumbuh tinggi.
"Sehingga saat akhir hayatnya saya tidak berada di sebelahnya," terang Ali Nusir sembari mengusap hidungnya.
Zidan harus berpisah bersama ayah, ibu dan adik bungsunya sekira pukul 16.25 WIB, Jumat (30/9/2022) akibat DBD.
"Kami ikhlas semoga Zidan bisa mendapatkan tempat terbaik," terangnya sembari memandang langit-langit tenda berukuran 3 kali 3 meter itu.
Meski kehilangan sang buah hati, Ali Nusir berharap tidak ada lagi langkah, tawa dan suara anak lain yang terhenti akibat DBD.
Mengingat dirinya pun tidak mau apabila kemudian juga orang tua lainnya, yang mengalami kesedihan sepertinya.
(TribunPadang.com/Rahmat Panji)