“Tiba-tiba malamnya kondisi Zidan langsung panas dan kakinya mendingin,” katanya mengingat hari terakhir menemani Zidan saat masih bisa tertawa lepas.
Kejadian serupa ini bukan pertama kali terjadi dalam kehidupan Ali Nusril, satu pekan sebelumnya istri Ali, sempat mengalami hal serupa.
Pada saat itu mereka melakukan perjalanan dari Kota Padang menuju Payakumbuh, satu pekan sebelum Zidan masuk rumah sakit.
Sementara itu pula, kondisi istrinya panas tinggi, kepala pusing, mual dan menggigil dalam waktu seketika.
Trombosit istrinya menurun drastis, hingga membuat jarinya tangannya hampir tidak bisa bergerak.
Beruntung saja imun istrinya yang sudah dewasa kuat, sehingga kondisinya bisa berangsur membaik.
Meski sudah ada kasus DBD di lingkungan rumahnya, tidak ada tanggapan dari dinas kesehatan untuk melakukan fogging atau upaya lain untuk pencegahan.
Entah karena tidak sigapnya Dinas Kesehatan setempat untuk pencegahan, kasus serupa terulang lagi pada anak Ali.
Malam itu kaki kecil anaknya yang cakap mengelilingi rumah harus terpaku di atas tempat tidur.
Empat hari lamanya suara lantang Zidan tertahan akibat kondisi yang ia alami.
Tubuh mungilnya dirundung panas tinggi, sakit kepala dan badan nyeri selama berhari-hari.
Zidan yang biasanya tidak pernah menolak untuk makan meski sakit, pada kondisi kali ini nafsu makannya berkurang drastis.
Kondisi ini membuat rutinitas Zidan mengaji di surau mulai hari itu terhenti untuk sementara waktu.
“Jadi karena demamnya tidak kunjung turun, saya langsung bawa ke salah satu rumah sakit swasta di Kota Pariaman,” katanya menunjukan raut cemas sama seperti saat hari itu.
Tepat pada, Selasa (27/9/2022) pagi, kondisi bocah berpipi timbul itu, terus melemah itu sudah sampai di Rumah Sakit.