TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut Sumatera Barat belum terlepas dari ancaman Megathrust.
Megathrust merupakan lajur zona subduksi lempeng yang kedalamannya dangkal dan kurang dari 50 km.
“Apabila lempeng ini terjadi patahan, terutama patahan naik, dan tepat di zona tumbukan lempeng, maka berisiko terjadi Megathrust,” kata Dwikorita di acara pencanangan Tsunami Ready Community di Padang, Jumat (30/9/2022).
Baca juga: Kisah Penyintas Gempa Sumbar 30 September 2009, Mahmud Amin : Setelah 10 Menit, Lalu Hening Seketika
Baca juga: Cerita Hidayatul Irwan, Tinggalkan Istri untuk Pimpin Ratusan Orang dalam Operasi Gempa Sumbar 2009
Baca juga: 13 Tahun Berlalu Gempa Sumbar 7,9 SR, Syahril Hakim: Air Laut Sempat Surut, Bangunan Banyak Roboh
Dwikorita menuturkan, daerah lain di Sumatera sudah pernah terlepas energinya, sedangkan Sumatera Barat ini belum.
“Banyak peneliti menyebut jika Sumbar belum lepas dari ancaman gempa Megathrust ini,” sambung Dwikorita.
Ia mengungkapkan, Lampung, Aceh, Nias dan Bengkulu, sudah pernah terjadi gempa besar di zona Megathrust.
Selain itu, Dwikorita mengingatkan, segmen Megathrust yang berada di Sumbar itu sangat panjang.
Karena itu, jika terjadi patahan atau gempa yang tepat di zona Megathrust ini, energi yang terlepas cukup tinggi.
“Berdasarkan perhitungan pakar, energi yang belum terlepas di segmen Megathrust ini masih cukup tinggi, dan berdampak besar,” jelas Dwikorita.
Dwikorita mengajak, pemerintah harus siap siaga terhadap bencana dan ancaman Megathrust di Padang, Sumatera Barat.
Sebab, kata Dwikorita, kedatangan gempa Megatrusht tak bisa dihentikan, tapi bisa dikendalikan resikonya.
“Memang gempa tak dapat dicegah, tapi korban jiwa bisa kita minimalisir dengan tanggap bencana,” pungkas Dwikorita. (*)