Akibat dari antrean ini warga pun coba mengambil inisiatif agar tetap bisa berjualan seperti biasa.
"Makanya setiap warung itu ada pembatas kursi dan meja, kalau saya sendiri terpaksa menggunakan ban karena saya berjualan itu," terangnya.
Selain itu Agus harus berdiri di depan tempat usahanya agar bisa mengatur kendaraan yang antre.
"Saya harus berdiri di luar untuk mengatur kendaraan agar tidak menutupi tempat usaha saya," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa para pengendara juga mengerti ketika ada kursi, meja atau ban di pinggir jalan.
Pengendara tidak akan berhenti di tengah benda-benda tersebut sembari menunggu antrean.
"Saya berharap pemerintah lekas menyelesaikan masalah ini, kebanyakan masyarakat juga ngontrak jadi kasihan juga kalau harus seperti ini setiap harinya," terang Agus. (*)