TRIBUNPADANG.COM - WHO memperingatkan dunia harus belajar hidup berdampingan dengan virus corona, Rabu (13/5/2020).
Menurut pihaknya, virus corona berpotensi menjadi endemik yang sama seperti HIV.
Sehingga mungkin virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit pernapasan, Covid-19 tidak akan menghilang.
Pernyataan mengejutkan WHO ini datang ketika banyak negara mulai membuka lockdown.
• Lazio Protes Gegara Peraturan Ketat, Soal Pencegahan Virus Corona di Serie A
• BREAKING NEWS: Per 14 Mei 2020, Kasus Virus Corona di Sumatera Barat Tembus Angka 371
"Penting menggarisbawahi ini, virus corona mungkin hanya menjadi virus endemik lain di dunia ini, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang."
"HIV belum menghilang, tapi kami telah sepakat virus ini juga demikian," kata anggota WHO bagian tanggap darurat, Mike Ryan, dikutip dari Al Jazeera.
Ryan mengimbau agar publik tidak menyimpulkan kapan virus ini akan berakhir atau menghilang.
Sebab tidak ada bukti yang mendasari hal tersebut.
"Saya pikir penting bagi kita untuk realistis dan saya tidak berpikir siapapun dapat memprediksi kapan penyakit ini akan hilang."
"Saya pikir tidak ada janji dalam hal ini dan tidak ada tanggal. Penyakit ini dapat menjadi masalah yang panjang, atau mungkin tidak mungkin," katanya.
• Sudah 339 Kasus Positif Corona di Sumbar, Ini Rincian 20 Tambahannya, Ada Bocah 9 Tahun
• Kabar Baik, 44 Warga Padang Sembuh dari Corona, 10 Kelurahan Keluar dari Zona Merah Covid-19
Namun, Ryan mengatakan dunia memiliki beberapa kendali untuk mengatasi penyakit ini.
Kendati demikian upaya untuk mengendalikan pandemi membutuhkan upaya yang besar meskipun vaksin telah ditemukan.
Ryan menggambarkannya dengan 'pelayaran jauh besar'.
Lebih dari 100 vaksin potensial sedang dikembangkan, termasuk di antaranya sudah memasuki tahap uji klinis.
Tetapi para ahli menggarisbawahi, menemukan pengobatan efektif untuk Covid-19 sangatlah sulit.
Ryan mencontohkan vaksin campak yang sudah ada sejak lama, namun penyakit campak tetap ada hingga hari ini.
• Hasil Pemeriksaan Swab 223 Warga Dharmasraya, 14 Orang Positif Corona, 93 Menanti Hasil Tes
• UPDATE Corona di Sumbar Terus Bertambah, Per 12 Mei 2020 Total 319 Pasien Positif Covid-19
Oleh sebab itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengimbau agar negara-negara di dunia bahu-membahu menangani wabah ini
"Lintasan ada di tangan kita, dan itu urusan semua orang, dan kita semua harus berkontribusi untuk menghentikan pandemi ini," ujar Tedros.
Dia juga menyoroti sejumlah negara yang melonggarkan kuncian atau bahkan sudah membuka negaranya.
"Banyak negara ingin keluar dari langkah-langkah yang berbeda," kata Tedros.
"Tapi rekomendasi kami tetap waspada di negara manapun harus pada tingkat setinggi mungkin," tambahnya.
• UPDATE Corona di Padang, Per 12 Mei 2020 Total 189 Positif, 43 Sembuh dan 15 Meninggal Dunia
• UPDATE Corona Solok Selatan Bertambah, Per 12 Mei 2020 Total 5 Orang Positif Covid-19
Ryan menyebut kontrol yang signifikan terhadap virus diperlukan untuk menurunkan risiko.
Sebab faktanya, risiko penularan Covid-19 masih tinggi baik di tingkat regional, nasional, maupun global.
Lebih dari setengah populasi umat manusia dibatasi pergerakannya sejak krisis corona dimulai pada Januari.
Pemerintah di seluruh dunia sedang berjuang dengan pertanyaan tentang bagaimana mengembalikan perekonomian sementara virus masih mengepung.
Diketahui virus corona telah menjangkiti 212 negara dan menginfeksi 4.429.884 penduduk dunia.
• Musrenbang RKPD Sumbar 2021, Pemprov akan Fokus Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi Corona
• Berikut Sebaran Pasien Sembuh dari Corona Per 10 Mei 2020 di Sumatera Barat, Terbanyak Kota Padang
Wabah mematikan ini juga telah membunuh 298.174 orang di berbagai negara.
Di hari yang sama, Uni Eropa mendorong negara-negara terkait untuk membuka wilayahnya kembali.
Pihaknya mengatakan belum terlambat untuk menyelamatkan pariwisata di musim panas tahun ini sambil menjaga jarak sosial.
Tetapi para ahli kesehatan masyarakat khawatir dengan ide ini dan mengharuskan negara berhati-hati dalam membuka wilayah.
Ryan mengatakan membuka perbatasan darat lebih berisiko daripada mengurangi perjalanan udara.
"Kita perlu masuk ke dalam pola pikir bahwa ini akan memakan waktu untuk keluar dari pandemi ini," kata ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove.