"Untuk ekstraksinya, ini menjadi masalah. Kita hanya punya dua mesin biosafety cabinet. Dua itu membuat agak ribet bekerja, paling tidak hanya bisa menyelesaikan 150 sampel maksimal," terang Andani.
Untuk itu, pihaknya coba mempercepat, dengan cara membeli mesin auto matic untuk ekstraksi.
"Barang itu masih dalam proses, jika barangnya cepat proses ekstraksi lebih cepat," harap Andani.
Selain itu, pihaknya juga mengaku kehabisan reagen.
Katanya, reagen tersebut tertahan lama di bea cukai.
Namun, untuk RNA masih ada sisa 200 hingga 250 sampel tapi etanol masih kurang.
Sementara, menurutnya Alat Pelindung Diri (APD) juga penting.
"Satu hari pemeriksaan bisa menghabiskan 24 set APD, tidak termasuk sepatu dan kacamata google. Kalau tidak ada APD, kita tidak berani masuk labor," ungkap Andani.
Saat ini sebagian besar ODP sudah mulai diperiksa di laboratorium Unand.
"Mulai sekarang kirim sampel aja, meski ODP. Kita selesaikan PDP dulu baru ODP. Ini mulai kita rancang. Kabupaten kota yang menyerahkan pertama kali, itu yang dikerjakan," tutur Andani. (*)