Kisah Inspiratif

KISAH Kakek Zulmanis, Pemulung di Padang Pernah Diusir Istri karena Hanya Serahkan Rp 50 Ribu

Penulis: Rizka Desri Yusfita
Editor: Emil Mahmud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Kisah Pilu Kakek Pemulung di Padang

"Kalau dapat uang, saya bisa makan. Kalau gak dapat, tentu gak makan," terangnya.

Sejak muda dia terpaksa merantau ke Padang berharap mendapat hidup lebih baik.

Dia sudah lama di Padang, yakni sejak 1975 silam.

Sempat punya usaha jualan buah-buahan seperti jeruk dan duku, namun itu juga tak bertahan lama.

Dia mengatakan, membeli buah itu ternyata harus berutang lebih dulu.

Kasus Corona Nol, Sistem Pendeteksian di Indonesia Sempat Diragukan

KISAH PEREMPUAN Pemulung yang Mendadak Buta, Ditinggal Suami Diduga Selingkuh

POPULER PADANG - Hasil Diagnosa RSUP M Djamil Terkait Ini| Kisah Kakek Masril Jadi Pemulung

Jika tak ada jual beli, tentu hanya menyisakan utang.

Karena takut berutang, makanya dia memutuskan untuk memilih botol bekas.

"Dari Batusangkar ke Padang mengadu nasib, saat itu saya masih bujang," ucap Zulmanis.

Dia memulung dari pagi sampai sore, kadang malam-malam juga, berangkat pukul 08.00 pagi dan pulang pukul 22.00 WIB.

Kemana saja Zulmanis mencari botol bekas, kalau terasa tak kuat lagi dia memilih untuk berhenti sejenak dan beristirahat.

Tinggal di sebuah kontrakan dengan uang sewa Rp 300 ribu, cukup berat bagi dia.

Namun, dia bersyukur masih ada dermawan yang kadang-kadang memberinya sedikit uang.

"Awalnya, saya tidur dimana saja. Lalu, ada orang baik hati yang menawarkan untuk tidur di kontrakan saja karena dia cemas saya tertangkap oleh Satpol PP jika tidur di jalan," ujar Zulmanis.

Berpuluh-puluh tahun hidup di Padang menjadi pemulung, tentu tidak mudah bagi Zulmanis.

Namun ia mengakui sangat menikmati pekerjaan di usia senjanya. Kata dia, kalau kerja yang lain, tidak kuat lagi.

Halaman
1234

Berita Terkini