Berita Pariaman Hari Ini

Ubur-ubur Beracun Bermunculan di Pantai Pariaman, Nelayan dan Wisatawan Jadi Korban Sengatan

Penulis: Debi Gunawan
Editor: Saridal Maijar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ubur-ubur beracun

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Debi Gunawan

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Tiga hari terakhir, ubur-ubur beracun muncul di kawasan pantai di Kota Pariaman.

Satu di antaranya di Pantai Gondoriah.

Koordinator Lapangan (Korlap) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman, Afrizon menyampaikan, sudah ada dua orang warga telah menjadi korban ubur-ubur beracun ini.

Satu orang nelayan terpaksa dibawa ke rumah sakit setempat setelah tersengat ubur-ubur berwarna biru tersebut.

Terungkap, Jenis Ubur-ubur Ini yang Terdampar di Pantai Erong, Sungai Pinang Pesisir Selatan

Tak hanya itu, seorang wisatawan dari Kota Padang juga tersengat oleh ubur-ubur yang penuhi pantai.

"Sempat dirawat, tapi keduanya sekarang sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit," ungkap Afrizon, Senin (7/10/2019).

Afrizon menyampaikan, kejadian ini baru pertama kali terjadi di Kota Pariaman.

"Sebelumnya palingan yang ubur-ubur biasa saja, tidak membahayakan. Palingan menimbulkan gatal saja," ungkapnya.

Dikirimi Foto Kuburan Setelah Kirim Pesan ke Ayah Pacar Izin Bawa Putrinya Kencan, Curhatan Viral

Untuk itu, BPBD Kota Pariaman melakukan penyisiran di sepanjang pantai terdampak.

"Di tepi pantai jumlahnya sudah berkurang, namun di tengah masih banyak, sehingga kami mau menyaring ke tengah laut," ungkapnya.

Untuk sementara, dia mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di tepi pantai terlebih dahulu untuk menghindari bertambahnya korban.

Ternyata Ada Satu Pemain Lebih Subur dari Cristiano Ronaldo di Kualifikasi Piala Eropa

Fakta Mengenai Ubur-ubur

Ubur-ubur memang menjadi salah satu biota laut yang paling cantik, sekaligus misterius.

Tahukah Anda, ubur-ubur telah hidup di bumi ratusan juta tahun sebelum dinosaurus.

Berikut penjelasan lebih lengkapnya, juga aneka fakta menarik lainnya tentang ubur-ubur yang dikutip Kompas.com dari Mother Nature Network.

Terungkap, Jenis Ubur-ubur Ini yang Terdampar di Pantai Erong, Sungai Pinang Pesisir Selatan

Hewan purba

Ubur-ubur tidak memiliki tulang, sehingga fosilnya sulit didapatkan oleh para peneliti.

Namun demikian, para ilmuwan memiliki bukti bahwa makhluk ini terombang-ambing di Samudera dunia selama setidaknya 500 juta tahun.

Bahkan, kemungkinan garis keturunan ubur-ubur tersebut lebih dari 700 tahun sebelumnya, dan itu kira-kira tiga kali usia dinosaurus yang pertama.

Artinya, ubur-ubur telah ada ratusan juta tahun sebelum dinosaurus.

Ubur-ubur Terdampar di Bibir Pantai Sungai Pinang Pesisir Selatan, Ini Kata DKP Sumbar

Dapat bertahan dengan pH air laut yang berubah

Dari laporan terbaru UN Intergovernmental Panel on Climate Change, menyatakan bahwa hewan yang satu ini tidak seperti kebanyakan biota laut lainnya.

Ubur-ubur tetap berkembang pesat di lautan yang ekosistemnya terganggu oleh gelombang panas laut, peningkatan kadar asam laut, penangkapan ikan berlebih, dan berbagai ulah manusia lainnya.

Uniknya bagi ubur-ubur, aktivitas manusia telah membuat mereka merasa lebih betah.

Sementara karang, tiram dan organisme laut apapun yang akan rentan terpengaruh bahkan mati karena kadar lautan yang semakin asam.

Meski, hal ini bukan berarti ubur-ubur tersebut kebal.

VIDEO - Ubur-ubur yang Bergelimpangan di Pantai Sungai Pinang Sempat Ganggu Aktifitas Nelayan

Ubur-ubur bukan ikan

Jelas sekali dari perawakan yang terlihat dari ubur-ubur, ia bukanlah spesies ikan.

Ubur-ubur termasuk jenis zooplankton agar-agar atau invertebrata dari filum Cnidaria.

Secara taksonomi, ubur-ubur memiliki varietas yang sangat beragam.

98 Persen berupa air, tanpa otak dan hati

Telah dikatakan sebelumnya bahwa ubur-ubur dianggap lebih baik dalam bertahan terhadap pengaruh perubahan yang terjadi di lautan.

Nah, mungkin Anda pernah melihat pergerakan atau cara ubur-ubur berenang di dalam air?

Ubur-ubur cenderung mudah berbaur dengan lingkungannya dan mengikuti gelombang lembut dari arus lautan.

Hal itu dikarenakan tubuhnya terdiri dari 98 persen air.(*)

Berita Terkini