Ubur-ubur Terdampar di Bibir Pantai Sungai Pinang Pesisir Selatan, Ini Kata DKP Sumbar

Ubur-ubur terdampar di bibir pantai Sungai Pinang, Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI, Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Pr

Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/DOK.WARGA PESSEL
Fenomena ribuan ubur-ubur yang memenuhi bibir pantai Nagari Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), baru-baru ini. 

Ubur-ubur Terdampar di Bibir Pantai Sungai Pinang Pesisir Selatan, DKP: Kemungkinan Besar Akibat Perubahan Suhu yang Menjadi Lebih Hangat

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita

TRIBUNPADANG.COM, PADANG -  Ubur-ubur terdampar di bibir pantai Sungai Pinang, Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI, Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terbilang fenomena langka.

Sejauh ini hal tersebut diduga bisa terjadi akibat perubahan suhu yang menjadi lebih hangat.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, Yosmeri saat dihubungi TribunPadang.com, Jumat (9/8/2019). 

David Andespin, warga di pinggir pantai dalam wilayah Nagari Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar baru-baru ini. Dia tampak memegang Ubur-ubur yang diperkirakan telah mati.
David Andespin, warga di pinggir pantai dalam wilayah Nagari Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar baru-baru ini. Dia tampak memegang Ubur-ubur yang diperkirakan telah mati. (ISTIMEWA/DOK.WARGA PESSEL)

"Untuk memastikan kita harus turun ke lapangan untuk melihat pola arus dan kondisi parameter kualitas perairan.

Saat ini tim loka kerentanan wilayah pesisir dan DKP sedang turun ke lapangan," kata Yosmeri.

Selain perubahan suhu, kata Yosmeri, blooming ubur-ubur biasanya juga terjadi karena adanya peningkatan nutrisi.

Sejauh ini lanjutnya, hal itu disebabkan oleh upwelling atau peningkatan nitrat/nitrit karena limbah atau adanya plankton blooming.

Di samping itu, Yosmeri juga menjelaskan alasan hingga kawanan Ubur-ubur terdampar di bibir pantai.

"Perkiraannya mungkin, karena arus yang kuat ke arah pantai dan dibarengi dengan waktu surut, sehingga Ubur-ubur belum sempat balik kanan ke laut.

Perkiraan kedua, mereka makan blooming plankton yang beracun, sehingga mati di bibir pantai," jelas Yosmeri..

Biasanya, tambah Yosmeri, spesies Aurelia Sp sensitif terhadap suhu tinggi dan DO rendah.

"Kejadian ini sering terjadi di beberapa wilayah terutama yang berhadapan langsung dengan samudera. Jadi bisa karena pengaruh variabilitas iklim samudera," tambah Yosmeri.

Pihaknya meminta masyarakat di sekitar untuk tidak berenang selama masih banyak ubur-ubur di air.

Selanjutnya, mengimbau masyarakat untuk tidak memainkan atau memegang tentakel ubur-ubur yang sudah terdampar, karena sel penyengat masih aktif.

"Bisa juha segera menghubungi dokter/puskesmas/rumah sakit apabila ada warga yang terkena sengatan," tutup Yosmeri. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved