Tabuik Piaman 2025

Mengintip Kekuatan Magis Ritual Tabuik, Prosesi Sakral yang Mengikat Pariaman

Lebih dari sekadar perayaan, Tabuik Pariaman adalah simfoni ritual sakral yang memukau, sebuah jalinan tak terpisahkan antara spiritualitas dan kebuda

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Panji Rahmat
TABUIK PIAMAN 2025 - Rumah Tabuik Pasa sukses menyelesaikan prosesi Tabuik Naik Pangkek di Simpang Pasa Rakyat, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (6/7/2025). Lebih dari sekadar perayaan, Tabuik Pariaman adalah simfoni ritual sakral yang memukau, sebuah jalinan tak terpisahkan antara spiritualitas dan kebudayaan.  

TRIBUNPADANG.COM,PARIAMAN – Lebih dari sekadar perayaan, Tabuik Pariaman adalah simfoni ritual sakral yang memukau, sebuah jalinan tak terpisahkan antara spiritualitas dan kebudayaan.

Setiap prosesinya, dari awal hingga puncak, mengandung makna mendalam yang mengikat masyarakat Pariaman dalam penghayatan kolektif. 

Kini, Tabuik telah bertransformasi menjadi penunjang pariwisata, namun hal itu tak mengurangi kekuatan magis dari setiap ritual yang dijalankan.

Semua berpusat pada Daraga, sebuah tempat persegi empat yang dilingkari bambu dan di dalamnya diberi tanda kiasan makam. 

Daraga adalah jantung dari seluruh prosesi, tempat dilaksanakannya ritual maatam. Begitu Daraga siap, serangkaian tahapan sakral pun dimulai, menandai perjalanan spiritual yang intens.

Baca juga: Akar Sejarah Tabuik Pariaman, Dari Tragedi Karbala hingga Warisan Budaya Nusantara

 Maambiak Tanah (1 Muharam): Awal Kehidupan dan Kesucian.

Di awal Muharam, kedua rumah Tabuik Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa melakukan prosesi maambiak tanah di Desa Pauh dan Kelurahan Alai Galombang. 

Diiringi gemuruh gandang tasa, seorang laki-laki berjubah putih dengan khidmat mengambil tanah. 

Tanah ini bukan sekadar tanah, ia melambangkan asal mula kehidupan manusia dan kepastian kembali ke pangkuan bumi. Ini adalah fondasi dari seluruh rangkaian.

MAAMBIAK TANAH TABUIK - Pesona Tabuik Budaya Piaman 2024 sudah dimulai, hari ini, Jumat (27/6/2025) berlangsung prosesi maambiak tanah (mengambil tanah). Prosesi maambiak tanah ini diikuti oleh anak nagari, niniak mamak Tabuk dan orang tuo Tabuik serta masyarakat setempat.
MAAMBIAK TANAH TABUIK - Pesona Tabuik Budaya Piaman 2024 sudah dimulai, hari ini, Jumat (27/6/2025) berlangsung prosesi maambiak tanah (mengambil tanah). Prosesi maambiak tanah ini diikuti oleh anak nagari, niniak mamak Tabuk dan orang tuo Tabuik serta masyarakat setempat. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Maambiak Batang Pisang (5 Muharam): Ketajaman dan Kekuatan.

Lima hari kemudian, tiba giliran prosesi maambiak batang pisang. Ini adalah cerminan dari ketajaman pedang Husein dalam pertempuran Karbala. 

Seorang pria berpakaian silat, dengan satu tebasan tegas, harus memutuskan batang pisang. Ini adalah simbol kekuatan, ketepatan, dan keberanian.

TABUIK PIAMAN 2025- Algojo saat melakukan prosesi
TABUIK PIAMAN 2025- Algojo saat melakukan prosesi "maambiak batang pisang", Kamis (1/7/2025). Niniak Mamak Tabuik Subarang, Suhermen Mursyid, mengatakan ini adalah prosesi kedua dalam pembuatan Tabuik. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Baca juga: Rumah Tabuik Subarang Selesaikan Prosesi Tabuik Naiak Pangkek, Hujan Lebat Guyur Pariaman

Maatam dan Maarak Jari-Jari (7 Muharam): Duka Mendalam yang Menyentuh Hati.

 Selepas salat Zuhur pada 7 Muharam, suasana berubah menjadi haru. 

Pihak keluarga penghuni rumah Tabuik melaksanakan maatam, berjalan mengelilingi Daraga sambil membawa jari-jari, sorban, dan pedang simbol kesedihan mendalam atas kematian Husein yang syahid. 

Di hari yang sama, prosesi maarak jari-jari digelar, melambangkan jari-jari tangan Husein yang tercincang. 

Ini adalah cara masyarakat mengabarkan kekejaman perang Karbala, dimeriahkan oleh hoyak Tabuik lenong (Tabuik kecil di atas kepala) dan iringan gandang tasa.

Baca juga: Si Jago Merah Lahap Empat Rumah di Ganting Parak Gadang Padang, Kerugian Rp1 Miliar

 Maarak Saroban (8 Muharam): Kabar Duka yang Meluas.

Sehari berselang, prosesi maarak saroban dilangsungkan. 

Ini adalah pengabaran kepada masyarakat tentang penutup kepala Husein yang terbunuh. 

Sama seperti sebelumnya, miniatur Tabuik lenong dan gemuruh gandang tasa mengiringi, menciptakan suasana haru bercampur sorak-sorai yang khas.

FESTIVAL TABUIK PIAMAN 2025: Wawako Pariaman Mulyadi bersama asisten 3 memainkan gandang tambua di tengah kerumunan anak tabuik dan ribuan pengunjung yang hendak menyaksikkan prosesi maarak saroban yang dilanjutkan dengan basalisiah di simpang tabuik, Jumat (4/7/2025).
FESTIVAL TABUIK PIAMAN 2025: Wawako Pariaman Mulyadi bersama asisten 3 memainkan gandang tambua di tengah kerumunan anak tabuik dan ribuan pengunjung yang hendak menyaksikkan prosesi maarak saroban yang dilanjutkan dengan basalisiah di simpang tabuik, Jumat (4/7/2025). (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

 Puncak Hoyak Tabuik dan Pelarungan (10 Muharam): Klimaks dan Simbolisasi Akhir.

Puncak perayaan tiba pada 10 Muharam. Menjelang fajar, dua bagian fisik Tabuik—Pangkek Ateh dan Pangkek Bawah—disatukan dalam prosesi sakral "Tabuik Naik Pangkek". 

Begitu matahari terbit, Tabuik diarak dan "dihoyak" sepanjang hari di jalanan, menjadi tontonan spektakuler. 

Sekitar pukul 09.00 WIB, Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang disuguhkan kepada ribuan pengunjung, menyajikan esensi peristiwa Karbala dalam sejarah Islam.

Baca juga: Baru Pertama Kali, Menteri Hadiri Tabuik Piaman 2025 dan Saksikan Prosesi di Pantai Gandoriah

Namun, untuk Festival Tabuik Piaman 2025 ini, ada penyesuaian demi menunjang pariwisata. 

Jika biasanya Tabuik dilarung pada 10 Muharam, kali ini prosesi puncaknya akan digelar pada Minggu, 6 Juli 2025 (bertepatan 10 Muharam 1447 H). 

Sore hari, sekitar pukul 18.00 WIB, kedua Tabuik akan dibawa perlahan menuju pinggir pantai dan akhirnya dilemparkan ke laut oleh kelompok anak nagari Pasa dan Subarang. 

Ini bukan sekadar membuang, ini adalah simbolisasi akhir dari sebuah pengorbanan dan kembalinya Husein ke pangkuan Ilahi.

Tabuik Pariaman adalah bukti nyata bagaimana sebuah ritual keagamaan dapat beradaptasi tanpa kehilangan rohnya, menjadi sebuah warisan budaya yang tak hanya dijaga, tetapi juga dibanggakan dan ditampilkan kepada dunia.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved