Tabuik Piaman 2025

Kisah Ade Ratman, Pengrajin Tabuik Setinggi 8 Meter yang Dipercaya Sebanyak 5 Kali di Pariaman

Sebelum dipercaya memimpin, Ade adalah seorang pembantu di rumah tabuik, tempat fisik tabuik dirakit.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Panji Rahmat
TABUIK PIAMAN 2025- Kepala Pembuat Fisik Tabuik Subarang, Ade Ratman, saat berada di lokasi pembuatan fisik tabuik di Kota Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (5/7/2025). Ini adalah kisah Ade Ratman, seorang "anak tabuik" dari Nagari Subarang, yang selama lima tahun terakhir menjadi nahkoda di balik lahirnya mahakarya budaya ini. 

Bagi seorang anak tabuik, amanah adalah segalanya.

"Kepercayaan itu, tidak bisa saya tolak karena semua anak tabuik harus siap bagaimanapun alasannya ketika sudah mendapat amanah," tegasnya.

Tugas pertama Ade sebagai Kepala Pembuat Fisik Tabuik Subarang bukanlah hal yang mudah.

Ia mengumpulkan 21 rekannya, sesama anak tabuik, untuk membantunya.

Sebuah proyek besar yang tentu saja membutuhkan biaya tidak sedikit dari pihak Nagari Subarang.

Namun, berkat kerja sama tim yang solid, tugas pertama itu berhasil diselesaikan dengan sukses.

"Sekarang cukup delapan orang sampai sembilan orang saja, sudah cukup untuk membuat fisik tabuik. Soalnya anak tabuik lain juga turut membantu," jelas Ade, menunjukkan efisiensi dan pengalaman yang ia dapatkan seiring waktu.

Baca juga: Prakiraan Cuaca 7 Kota di Sumatera Barat Hari Minggu 6 Juli 2025: Hujan Ringan hingga Petir

Tanggung Jawab di Pundak Seorang Perajin

Bagi Ade, membuat fisik tabuik bukanlah tentang kesulitan teknis semata, melainkan tentang tanggung jawab yang maha besar.

Tabuik adalah ikon utama, wajah dari pergelaran yang sakral.

"Kalau telat satu hari saja pengerjaannya tabuik, tidak berguna lagi. Kalau tender besar telat, hanya tinggal bayar denda," ujarnya sambil tertawa lepas, mengenang tekanan yang ia rasakan.

Dalam keadaan apapun, tabuik harus siap dipamerkan di hari puncaknya.

Kini, Ade telah lima kali dipercaya sebagai kepala pembuat fisik tabuik.

Setiap kali karyanya selesai, perasaan haru tak jarang menyelimuti hatinya.

"Suatu waktu sampai menangis, melihat fisik tabuik itu, bisa membuat senang hati banyak orang," ungkapnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved