Harimau Sumatera
Antisipasi Konflik Harimau di Sumbar, Warga Diminta Tak Beraktivitas hingga Malam Hari
Ia mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar habitat harimau setelah malam tiba.
Penulis: Fajar Alfaridho Herman | Editor: Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Konflik antara harimau dan manusia di Sumatera Barat menjadi perhatian serius oleh berbagai pihak.
Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah kejadian memperlihatkan meningkatnya interaksi antara satwa liar, khususnya harimau Sumatera, dengan aktivitas manusia, baik di sekitar kawasan hutan maupun pemukiman warga.
Ahli Harimau, Erlinda Kartika, menjelaskan bahwa konflik ini memiliki beragam bentuk yang perlu dipahami oleh masyarakat.
Ia menyebutkan ada empat kategori konflik yang biasa terjadi.
Baca juga: Menilik Pembuatan Fisik Tabuik di Pariaman, Berlangsung Sampai 6 Juli 2025
“Konflik itu ada beberapa kategori, seperti harimau yang melintas sehingga membuat masyarakat takut dan mempengaruhi psikologisnya," kata Erlinda, Selasa (1/7/2025).
Kemudian konflik antara harimau dengan satwa atau hewan ternak masyarakat, tentu ini juga mempengaruhi psikologis.
"Ketiga adalah human attack, atau penyerangan terhadap manusia. Keempat, yaitu penyerangan terhadap harimau itu sendiri, seperti perburuan liar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Erlinda mengungkapkan bahwa konflik antar sesama harimau juga bisa memicu konflik harimau dengan manusia.
Baca juga: 5 Desa Penerima Dana Desa 2025 Terbesar di Kepulauan Mentawai Sumbar, Cair di atas Rp 1 M
Dalam kondisi tertentu, harimau yang kalah dalam pertarungan wilayah akan mencari habitat baru yang lebih mudah diakses.
“Misalnya dalam satu wilayah ada beberapa harimau, tentu mereka akan saling bertarung untuk menjadi penguasa di sana," sebutnya.
Maka, harimau yang kalah akan mencari wilayah baru dan mencari makanan yang mudah dijangkau, apalagi harimau yang sudah tua akan mencari sumber makanan yang lebih gampang dimangsa.
Ia menegaskan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap pola aktivitas harimau yang bersifat nokturnal atau aktif di malam hari.
Baca juga: Viral, Seorang Pengajar Al-Quran di Payakumbuh Diduga Jadi Korban KDRT
“Sebenarnya harimau dan manusia itu punya jam-jam tersendiri. Jika hari terang, itu waktunya manusia. Jika sudah gelap, maka itu waktunya harimau,” kata Erlinda.
Ia mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar habitat harimau setelah malam tiba.
Hal ini untuk meminimalisir kemungkinan konflik langsung yang berisiko terhadap keselamatan manusia maupun satwa liar itu sendiri.
Populasi Harimau Sumatera di TNKS Capai 105 Ekor, BBTNKS: Jumlah Ideal Sesuai Luas Wilayah Jelajah |
![]() |
---|
BBTNKS Lakukan Survei Harimau Sumatera 2025, Siapkan Blok Monitoring Baru di Sumbar |
![]() |
---|
Harimau Lanustika, yang Pernah Serang Manusia, Dikembalikan ke Alam Liar Tunggu GPS Collar dari KKH |
![]() |
---|
Harimau Puti Maua Agam Tampak Kurusan, Berbobot 65 Kilogram, PR-HSD Berikan Pakan yang Cukup |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.