Pemkab Dharmasraya
Bupati Annisa Dengar Aspirasi Warga Sendiri, Seriusi Upaya Bumnag hingga Kisah Hadapi Tengkulak
Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadani turun langsung mendengar keluh kesah serta menyerap aspirasi masyarakat, lalu menyusuri Nagari Sungai Duo ke
Penulis: Arif Ramanda Kurnia | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, DHARMASRAYA - Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadani turun langsung mendengar keluh kesah serta menyerap aspirasi masyarakat, lalu menyusuri Nagari Sungai Duo ke Sipangkur.
Bupati Annisa lumayan mendapatkan catatan atas blusukan kali ini di antaranya, upaya Badan Usaha Milik Nagari atau BUMNag hingga kisah warganya menghadapi tengkulak di lapangan.
Ia pun tak membawa banyak pejabat, hanya seorang pejabat OPD Bapperida atau Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah yang diminta turut serta—agar semua keluhan masyarakat bisa dicatat dan dikaji secara langsung.
“Saya ingin mendengar, bukan sekadar datang menunjukkan diri,” ujar Annisa Suci Ramadani yang dilansir laman resmi Pemkab Dharmasraya, Rabu (4/6/2025).
Tujuan pertama adalah Kantor Wali Nagari Sungai Duo pada Senin (2/6/2025) kawasan eks-transmigrasi yang kini menjelma sebagai salah satu sentra pertanian terpenting di Dharmasraya.
Masyarakat di sini menggantungkan hidup dari tanah—bertani, beternak, dan mengolah hasil bumi.
Nilai-nilai agraris yang mereka bawa dari tanah leluhur di Pulau Jawa masih hidup dan lestari.
Baca juga: Pemkab Dharmasraya Peringati Hari Lahir Pancasila, Bupati Annisa Suci Ramadhani Inspektur Upacara
Setelah berbincang singkat dengan perangkat nagari, Annisa Suci Ramadani melanjutkan perjalanan bersama rombongan kecil tersebut.
Di sudut pematang, Bupati duduk beralaskan beton polongan irigasi, bercakap dengan Sutarno, pengurus Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag) Sungai Duo.
Mereka membahas upaya Bumnag membeli gabah langsung dari petani untuk menghindari tengkulak harga pembelian pun kerap lebih tinggi.
“Kalau tengkulak ambil Rp6.400, kami harus berani beli Rp6.600 atau lebih,” ujar Sutarno.
Baca juga: Fokus Program Unggulan Pemulihan Ekonomi dan SDM, Wabup Leli Arni Buka Musrenbang RPJMD Dharmasraya
Namun, ia mengakui bahwa tantangan besar masih membayangi ketergantungan petani terhadap tengkulak belum sepenuhnya teratasi karena terbatasnya akses permodalan.
Sistem bayar setelah panen (yarnen) dengan mengambil keuntungan lebih masih menjadi budaya.
“Kami butuh rice milling sendiri, Buk. Selama ini masih menumpang ke penggilingan touke, itu menambah biaya produksi minimal 10 persen,” terangnya.
Baca juga: Susuri Daerah Sungai Duo dan Sipangkur, Bupati Dharmasraya Serap Aspirasi Rakyat untuk Dikaji

Sutarno menjelaskan bahwa jika Bumnag punya mesin penggilingan sendiri, mereka bisa menyerap setidaknya 40 persen gabah dari total panen 480 hektare sawah di kawasan tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.