Trump Naikkan Tarif Impor, Pengamat HI Unand Sebut Berisiko Picu Perang Dagang

Kebijakan tarif impor yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dapat merusak kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral yang dia

Penulis: Muhammad Iqbal | Editor: Rahmadi
Ist
TARIF IMPOR TRUMP - Pengamat Hubungan Internasional Unand, Virtuous Setyaka saat diwawancarai, Jumat (11/4/2025). Virtuous menyebut dampak dari tarif impor Trump dapat merusak kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral yang diatur oleh World Trade Organization (WTO). Selain itu, juga bisa meningkatkan resiko perang dagang berkepanjangan. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Kebijakan tarif impor yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dapat merusak kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral yang diatur oleh World Trade Organization (WTO).

Hal itu diungkapkan oleh Pengamat Hubungan Internasional Universitas Andalas (Unand) Virtuous Setyaka kepada Tribunpadang.com, Jumat (11/4/2025).

Kata Virtuous, Trump memberlakukan tarif impor dengan tujuan utama untuk melindungi industri domestik Amerika Serikat (AS) dan mengurangi defisit perdagangan.

Kebijakan tersebut mencakup tarif dasar sebesar 10 persen untuk semua negara dengan tarif tambahan yang lebih tinggi untuk negara-negara tertentu berdasarkan tingkat defisit perdagangan mereka dengan AS.

"Misalnya, Indonesia dikenakan tarif sebesar 32 persen, sementara China menghadapi tarif hingga 125 persen," kata Virtuous saat memberikan keterangan.

Baca juga: Pemkab Solok Selatan Serahkan Rencana Awal RPJMD 2025-2029 ke DPRD untuk Dibahas

Lebih lanjut, Virtuous menjelaskan kebijakan tarif tersebut telah meningkatkan ketegangan diplomatik antara AS dan negara-negara mitra dagangnya.

"Misalnya, China mengajukan keluhan resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan menuduh AS melanggar aturan perdagangan internasional," ungkap Virtuous.

"Uni Eropa juga menyatakan keprihatinannya dan menyerukan negosiasi lanjutan untuk menghindari eskalasi perang dagang," tambah Virtuous.

Sebagai respons terhadap tarif AS, ujar Virtuous, beberapa negara memberlakukan tarif balasan terhadap produk-produk AS.

Negara China menaikkan tarif impor terhadap produk AS hingga 84 persen.

Baca juga: 137 Ribu Lebih Penumpang Gunakan Kereta Api Selama Angkutan Lebaran 2025 di Sumbar

Langkah-langkah revitalisasi tersebut justru memperburuk hubungan perdagangan dan meningkatkan resiko perang dagang yang berkepanjangan.

"Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia mengalami dampak signifikan dari kebijakan tarif ini," sebut Virtuous.

Kemudian, sebut Virtuous, tarif yang tinggi dapat meningkatkan biaya ekspor dan mengurangi daya saing produk mereka, termasuk Indonesia di pasar AS.

"Industri-industri seperti elektronik, otomotif, dan pertanian di negara-negara ini menghadapi tekanan besar akibat kenaikan tarif," katanya.

Kebijakan unilateral seperti dilakukan Trump tersebut dapat merusak kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral yang diatur oleh WTO.

Baca juga: BREAKING NEWS: Honda Mobilio Tertabrak Kereta di Padang Pariaman, Minibus Terseret ke Rumah Warga

Virtuous mengungkapkan, negara-negara yang terkena dampak tersebut mungkin mencari mitra dagang alternatif dan memperkuat kerja sama regional untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

"Perang dagang yang berkepanjangan dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi global, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di berbagai negara," tambah Virtuous.(*)

 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved