Ramadan 2025
Tradisi Mudik Era Digital: Ketika Perantau Terpaksa tak Bisa Pulang Kampung, Tetap Jaga Silaturahmi
AROMA Rendang yang menguar dari dapur rumah gadang, riuh rendah suara sanak saudara, dan hangatnya pelukan orang tua menjadi kerinduan tak tertahankan
Editor:
Emil Mahmud
Magang FIB UNAND/Aisa Elvira
MOMENTUM NOLSTAGIA MUDIK: Pemandangan dari jendela pesawat saat mudik tahun lalu menjadi kenangan bagi para perantau yang rindu pulang ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga. Tahun ini, meski tak bisa mudik, perantau tetap bisa menjaga silaturahmi melalui video call, media sosial, dan kiriman hadiah Lebaran.
Jika tahun ini belum bisa pulang, buatlah rencana untuk mudik di lain waktu. Menabung sejak dini dan merencanakan perjalanan lebih awal bisa menjadi solusi agar impian berkumpul dengan keluarga segera terwujud.
Meskipun jauh di mata, kedekatan hati tetap bisa terjaga. Lebaran bukan hanya soal bertemu langsung, tetapi juga tentang menjaga hubungan, berbagi kasih sayang, dan merayakan kebersamaan dengan cara yang berbeda.
Hal yang terpenting, bahwasanya ajang silaturahmi tetap terjalin, yakni saat kapan, maupun di mana pun berada.(*)
(Aisa Elvira, Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Unand, yang magang di TribunPadang.com)
Berita Terkait: #Ramadan 2025
| LSM dan Ormas Berbagi Takjil, hingga Aksi Damai di Pinggir Jalan Bagindo Aziz Chan Kota Padang |
|
|---|
| Doa Akhir Ramadhan Rasulullah, Memohon Keberkahan dan Dipertemukan Kembali dengan Ramadhan |
|
|---|
| Lapas Suliki Undang Keluarga Warga Binaan Ikuti Bukber, Kamesworo: Melepas Rindu dan Kehangatan |
|
|---|
| Korem 032/Wirabraja Undang Anak Yatim, Hadiri Bukber Beserta Gubernur, Forkopimda dan Awak Media |
|
|---|
| Panduan Salat Kafarat: Tata Cara dan Niat di Hari Jumat Terakhir Bulan Ramadhan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.