Tradisi Maelo Pukek

Tradisi Maelo Pukek di Pantai Padang Tak Lagi Menghasilkan, Ikan Makin Sedikit, Lebih Banyak Sampah

Kegiatan maelo pukek atau menangkap ikan dengan jaring tidak lagi menghasilkan di Pantai Padang, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Penulis: Rezi Azwar | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Rezi Azwar
TRADISI MAELO PUKEK: Ikan hasil tangkapan kelompok nelayan elo pukek menggunakan jaring di Jalan Samudera, Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Kegiatan maelo pukek atau menangkap ikan dengan jaring tidak lagi menghasilkan di Pantai Padang, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Kegiatan ini tetap berlangsung, meski jumlah ikan yang tertangkap semakin sedikit, sementara sampah lebih banyak masuk jaring.

Pantauan TribunPadang.com terlihat sejak pagi nelayan di kawasan Purus menebar jaring ke laut menggunakan perahu, lalu menariknya secara berkelompok ke bibir pantai.

Kegiatan menangkap ikan yang dikenal dengan maelo pukek ini dapat dengan mudah ditemui di kawasan pesisir pantai Kota Padang, Sumbar. Kecuali pada saat cuaca buruk.

Alat yang digunakan adalah jaring yang berukuran cukup panjang dan disambungkan dengan tali tambang plastik agar lebih menjangkau jauh ke tengah laut.

Baca juga: Memilah Ikan di Tengah Jaring Penuh Sampah: Perjuangan Nelayan Elo Pukek di Padang

TRADISI MAELO PUKEK: Kelompok nelayan elo pukek pada saat menarik jaring di Jalan Samudera, Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). Hasil tangkapan sangat sedikit, dan lebih banyak sampah.
TRADISI MAELO PUKEK: Kelompok nelayan elo pukek pada saat menarik jaring di Jalan Samudera, Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). Hasil tangkapan sangat sedikit, dan lebih banyak sampah. (TribunPadang.com/Rezi Azwar)

Awalnya, pada saat pagi jaring ini dinaikkan ke atas perahu, selanjutnya akan ada dua orang nelayan berlayar ke tengah sambil membentangkan jaring. Jaring ini dibentangkan membentuk setengah lingkaran besar.

Selanjutnya perahu tersebut kembali ke bibir pantai, dan secara berkelompok mulai menarik tali tambang dari dua sisi. Dengan membutuhkan waktu sekitar satu jam lebih, akhirnya jaring yang berisi ikan akan sampai di bibir pantai.

Kemudian, ikan dipilih untuk dipisahkan dari sampah yang juga masuk ke dalam jaring. Akan tetapi, para nelayan mengalami masalah, dimana sampah lebih banyak daripada ikan yang tertangkap oleh jaringnya.

Majid salah satu kelompok nelayan tersebut mengatakan bahwa baginya kegiatan maelo pukek yang dilaksanakan pada pagi hari hanya sebagai hobi dan ganti olahraga.

Apalagi saat ini dalam bulan suci Ramadan, daripada tidak ada kegiatan dan akhirnya memilih untuk ikut serta dalam kegiatan maelo pukek.

Baca juga: Branding Tepat Guna Promosikan Kampung Tematik Elo Pukek di Pantai Purus Padang

TRADISI MAELO PUKEK: Kelompok nelayan elo pukek pada saat memilah ikan dari sampah yang ikut masuk ke dalam jaringnya di Jalan Samudera, Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). Hasil tangkapan sangat sedikit, dan lebih banyak sampah.
TRADISI MAELO PUKEK: Kelompok nelayan elo pukek pada saat memilah ikan dari sampah yang ikut masuk ke dalam jaringnya di Jalan Samudera, Purus, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). Hasil tangkapan sangat sedikit, dan lebih banyak sampah. (TribunPadang.com/Rezi Azwar)

"Karena hasilnya tidak seberapa, ini lebih ke pelarian saja bagi nelayan. Seperti hari ini, hanya seperempat ember hasil ikannya," kata Majid.

Ia menyebutkan, untuk hasil tangkapan semakin menurun dan belum musim. Namun, ada waktu-waktu akan ada musim jenis ikan tertentu dan hasilnya akan melimpah banyak.

Sedangkan beberapa waktu belakangan, hasil tangkapan sangat sedikit dan hasilnya harus dibagi dengan kelompok yang ikut dalam menarik jaring.

Senada, Syamsurizal (66) menyebutkan setelah membagi hasil dari penjualan ikan dari kegiatan maelo pukek bahkan hanya Rp 10 ribu rupiah.

Kata dia, hal itu karena ikan yang tertangkap sangat sedikit. "Hari ini kita melakukannya sebanyak dua kali saja," pungkasnya. (TribunPadang.com/Rezi Azwar)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved