Kisah 2 Pendaki Tersesat di Gunung Agung, Naik Berlima hingga Puncak, Tercerai Berai saat Turun

Mereka berlima satu rombongan naik Gunung Agung melalui Pos Pengubengan, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.

Editor: afrizal
istimewa via TribunBali
Kisah 2 pendaki tersesat di Gunung Agung. Satu rombongan naik Gunung Agung melalui Pos Pengubengan, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Selasa (24/12/2024) pukul 02.00 Wita 

Ia segera mendapatkan penanganan medis awal, karena dicurigai mengalami cedera alat gerak. 

“Dua orang korban dengan kondisi 1 orang kita temukan dalam keadaan sehat dan 1 orang lagi dalam kondisi patah kaki,” ujar Kasi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan, I Wayan Suwena, Jumat (27/12).

Proses evakuasi keseluruhan selesai dilakukan pada pukul 13.00 Wita.

Ridho Adi langsung dibawa ke Puskesmas Rendang menggunakan ambulans.

Tim SAR gabungan saat melakukan pencarian dan proses evakuasi, terkendala faktor cuaca.

“Kendala itu adalah kendala cuaca dan medan, kabut cepat berubah, cuaca hujan dan medannya,” terangnya. 

Kabut Tebal Bahaya untuk Pendaki
Peristiwa dua pendaki yang dilaporkan hilang saat mendaki Gunung Agung, menjadi perhatian publik. Terlebih mereka nekat mendaki gunung tertinggi di Bali dalam situasi cuaca buruk seperti saat ini.

Ketua Forum Pemandu Wisata Pendakian Gunung Agung, I Ketut Mudiada menjelaskan, pendaki yang tersesat itu awalnya naik ke Gunung Agung melalui jalur Pengubengan, Desa Besakih. Mereka awalnya berjumlah 5 orang dan sempat berkoordinasi di Kawasan Hutan Basukian, Besakih.

“Pihak pengelola di kawasan hutan Besakih sempat menyarankan agar menggunakan jasa pemandu wisata pendakian lokal. Namun mereka bilang sudah biasa melakukan pendakian. Mereka merasa bisa mendaki tanpa menggunakan jasa teman-teman pemandu lokal Besakih,” ungkap Mudiada yang juga ikut proses evakuasi dua pemandu yang hilang tersebut, Jumat (27/12).

Namun dalam perjalannya, saat menuruni gunung tiba-tiba cuaca sangat buruk dan kabut tebal. Sehingga rombongan pendaki ini tercerai berai.

Tiga di antaranya berhasil turun ke Pos Pengubengan, namun dua pendaki lainnya masih berada di gunung dan sempat dinyatakan hilang. Ia pun menjelaskan, bahaya jika mendaki gunung dalam kondisi cuaca buruk, terutama saat kabut tebal.

"Di saat kabut tebal, walau tau jalur pun bisa tersesat. Saya yang 30 tahun mendaki Gunung Agung, jika turun kabut tetap harus konsentrasi tinggi dan berhati-hati terutama di setiap persimpangan agar tidak salah jalur,” ungkap Mudiada.

Jika salah jalur, nanti pendaki akan menemukan medan yang berupa tebing yang curam. Seperti yang ditemui dua pendaki yang hilang tersebut. Apalagi dalam situasi hujan, medan tersebut sangat licin dan jarak pandang sangat terbatas.

“Sehingga jika cuaca tidak menentu seperti saat ini, kadang cerah kadang hujan, memang paling aman mendaki menggunakan jasa pemandu di sekitar jalur pendakian,” jelas Mudiada.

Pemandu di sekitar jalur pendakian yang tergabung di Forum Pemandu Wisata Pendakian Gunung Agung tidak sebatas mengetahui jalur dan medan. Namun memiliki SOP jelas dalam pendakian. Mulai dari memastikan peralatan dan perlengkapan yang aman untuk mendaki.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved