Nasional

Hasan Nasbi Lantik Deputi, Staf Khusus, Jubir, dan Tenaga Profesional Kantor Komunikasi Kepresidenan

Kepala Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi melantik 48 pejabat, yang terdiri dari deputi, staf khusus, juru bicara, dan tenaga profesional di kan

|
Editor: Emil Mahmud
Dok.Kantor Komunikasi Kepresidenan
Kepala Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi melantik 48 pejabat, yang terdiri dari deputi, staf khusus, juru bicara, dan tenaga profesional di Kantor Komunikasi Kepresidenan atau, Presidential Communication Office (PCO), Senin (18/11/2024) di Jakarta. 

TRIBUNPADANG.COM, JAKARTA - Kepala Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi melantik 48 pejabat, yang terdiri dari deputi, staf khusus, juru bicara, dan tenaga profesional di Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO), di Jakarta pada Senin (18/11/2024).

Rilis yang diterima redaksi, Para pejabat yang dilantik, yakni Deputi I Bidang Materi Komunikasi dan Informasi, Muhammad Isra Ramli; Deputi II Bidang Diseminasi dan Media Informasi, Noudhy Valdryno; Deputi III Bidang Koordinasi Informasi dan Evaluasi Komunikasi, Fritz Edward Siregar. Sedangkan, staf Khusus, Hafizhul Mizan, Syahril Ilhami, dan Tjut Andjani.

Tenaga Ahli Utama yang ditugaskan menjadi Juru Bicara PCO, yakni Philips Vermonte, Adita Irawati, Ujang Komaruddin, Prita Laura, Dedek Prayudi, Hariqo Wibawa Satria.

Selain itu, Hasan juga melantik tenaga profesional sebagai Tenaga Ahli Utama, Tenaga Ahli Madya, Tenaga Ahli Muda, dan Tenaga Terampil.

Pembentukan Kantor Komunikasi Kepresidenan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2024. Kantor Komunikasi Kepresidenan mempunyai tugas menyelenggarakan pemberian dukungan kepada Presiden dalam melaksanakan komunikasi dan informasi kebijakan strategis dan program prioritas Presiden. 

Hasan Nasbi dalam pidatonya saat pelantikan, Hasan menegaskan jangan sampai informasi yang keluar dari kantor PCO hanya mengejar kecepatan, sehingga mengabaikan akurasi.

“Kantor Komunikasi ini berada di paling hilir semua stakeholder pemerintahan. Kita seperti tempat penampungan air. Tempat penampungan air yang mungkin kalau di musim kemarau air yang datang jernih, tapi kalau di musim hujan, mungkin air yang ditampung itu ada keruh-keruhnya,” kata Hasan di Gedung Krida Bhakti Sekretariat Negara, Jakarta, Senin siang.

Akan tetapi, yang perlu semua jajaran pastikan, Hasan menegaskan, semua air yang keluar dari Kantor Komunikasi Kepresidenan harus yang jernih, air yang bisa diminum dan memuaskan dahaga publik.

Sejauh ini lanjutnya air yang kalaupun tidak bisa diminum, tapi bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Air yang tidak tercemar dan air yang bisa digunakan oleh masyarakat.

Hasan juga mengibaratkan Kantor Komunikasi ini sebagai kantor pembawa pesan. Di masa lalu, pembawa pesan mungkin sederhana. Membawa pesan dari penguasa ke penguasa, atau membawa kabar gembira kepada public kalau ada pesta raja, kalau ada raja lain yang datang.

“Pembawa pesan ini perlu jernih, karena dia bisa memicu perang kalau salah bicara. Pembawa pesan harus jernih, karena dia sebenarnya bisa menghentikan perang, kalau dia bicaranya benar,” ujar Hasan.

Menurut Hasan, hari ini kita berhadapan dengan suatu situasi yang jauh lebih kompleks. Kalau air yang keluar dari Kantor Komunikasi tidak jernih, maka masyarakat bisa salah paham, bisa kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.

“Oleh sebab itu saya yakinkan sekali lagi bahwa kalau mau airnya keluar jernih, kita juga harus jernih, tidak boleh emosi, tidak boleh impulsif, tidak boleh pemarah. Mau meresapi semua informasi dulu, menimbang-nimbang semua informasi, sebelum disampaikan keluar. Jangan sampai kecepatan mengorbankan akurasi, jangan sampai ketergesa-gesaan kemudian mengorbankan kepentingan bangsa dan negara,” kata Hasan.(*/rel)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved