Citizen Journalism
Opini : Meracik Bahasa dalam Komunikasi
BAHASA adalah salah satu alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Bahasa ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana penyampaian pesan, te
Misalnya, saat berbicara dengan anak-anak, kita cenderung menggunakan kalimat sederhana dan bahasa yang mudah dipahami.
Sebaliknya, ketika berhadapan dengan audiens akademis, kita menggunakan terminologi yang lebih kompleks dan bahasa yang lebih formal. Meracik bahasa dalam komunikasi berarti memadukan kata dan gaya bicara yang sesuai dengan kebutuhan lawan bicara kita.
Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat penyampaian informasi, tetapi juga sebagai alat untuk membangun dan mempertahankan relasi sosial (Revita, 2022a).
Baca juga: Opini : Kebablasan dalam Berbahasa, Berkata Kasar, Provokatif, atau tidak Pantas
Dalam interaksi sehari-hari, pilihan kata dan nada bicara dapat menentukan bagaimana kita dipersepsikan oleh orang lain. Kata-kata yang ramah dan penuh empati dapat membangun hubungan yang lebih dekat dan harmonis, sedangkan kata-kata yang tajam dan kasar dapat merusak hubungan.
Kemampuan untuk meracik bahasa dengan baik juga dapat membantu kita dalam menghadapi situasi konflik. Ketika terjadi perselisihan, bahasa yang digunakan dapat mempengaruhi hasil dari konflik tersebut.
Bahasa yang diplomatis, misalnya, dapat membantu meredakan ketegangan, sedangkan bahasa yang provokatif justru dapat memperburuk situasi.
Di era digital saat ini, komunikasi tidak lagi terbatas pada tatap muka. Pesan singkat, email, dan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Meskipun teknologi memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan lebih cepat, dia juga menghadirkan tantangan baru dalam meracik bahasa. Teks tanpa intonasi dan ekspresi wajah dapat mudah disalahpahami.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam memilih kata dan kalimat, terutama dalam komunikasi tertulis (Revita, 2008).
Selain itu, bahasa di dunia digital sering kali mengalami perubahan cepat. Kata-kata baru muncul, bahasa gaul menjadi populer, dan norma-norma komunikasi terus berkembang. Dalam kondisi ini, kita perlu lebih fleksibel dan adaptif dalam meracik bahasa agar tetap relevan dan mudah dipahami.
Meracik bahasa dalam komunikasi adalah seni yang membutuhkan kepekaan, ketepatan, dan adaptabilitas. Setiap kata yang kita pilih, setiap intonasi yang kita gunakan, membawa makna yang lebih dari sekadar apa yang tampak di permukaan.
Lewat cara memahami konteks sosial, budaya, dan psikologis dari komunikasi, kita dapat menjadi ‘chef’ yang mahir dalam menyajikan pesan-pesan kita dengan cara yang paling efektif dan berkesan.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.