Citizen Journalism

BPDPKS: Kunci Pencapaian Net Zero Emission, Menjaga Stabilitas Penerimaan Negara

PERUBAHAN iklim adalah salah satu tantangan yang dihadapi dunia saat ini, yang berdampak pada lingkungan y

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
PERUBAHAN iklim adalah salah satu tantangan yang dihadapi dunia saat ini, yang berdampak pada lingkungan yang mengancam keanekaragaman hayati 

Oleh Rinda Benita, Penulis adalah Mahasiswi Sastra Inggris, FIB Unand

PERUBAHAN iklim adalah salah satu tantangan yang dihadapi dunia saat ini, yang berdampak pada lingkungan yang mengancam keanekaragaman hayati.

Hal itu menyebabkan banyak spesies terancam punah, polusi udara dari emisi karbon berkontribusi pada masalah kesehatan serius, termasuk penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Selain itu juga berdampak pada keberlanjutan ekonomi dikarenakan negara yang berinvestasi dalam energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang tidak berkelanjutan.

Meningkatnya emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida yang menebabkan pemanasan global yang sangat signifikan, mengakibatkan perubahan cuaca yang cukup ekstrem, kenaikan permukaan laut dan bencana alam yang sering terjadi. 

 Dalam konteks ini, pencapaian Net Zero Emission (NZE) menjadi sangat penting. Net Zero Emission merupakan kondisi dimana jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer seimbang dengan hemlah yang diserap atau dihilangkan.

Dengan mencapai NZE kita dapat memperlambat laju pemanasan global dan mengurangi frekuensi serta intensitas bencana alam, NZE membantu melestarikan keanekaragaman hayati dengan menjaga ekosistem tetap sehat dan mengurangi emisi akan meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai NZE pada tahun 2060, dengan komitmen untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan menerapkan teknologi rendah emisi di berbagai sektor.

Sektor kelapa sawit memiliki peran signifikan dalam upaya mencapai NZE di Indonesia. Sebagai salah satu komoditas utama, kelapa sawit dapat memberikan kontribusi positif jika dikelola dengan baik dapat berfungsi sebagai penyerap karbon, membantu menyeimbangkan emisi yang dihasilkan dari aktivitas lainnya.

Implementasi praktik pertanian berkelanjutan dalam produksi kelapa sawit dapat mengurangi jejak karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan, dan sektor kelapa sawit berkontribusi pada perekonomian lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan pendapatan bagi petani kecil.

Namun, tantangan seperti deforestasi dan penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan perlu diatasi untuk memastikan bahwa sektor kelapa sawit dapat berkontribusi secara positif terhadap pencapaian NZE.

Dengan langkah konkret dan kolaborasi antara pemerintah, industry dan masyarakat, Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan responsif terhadap perubahan iklim. 

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) adalah Lembaga yang dibentuk untuk mengelola dana dari pungutan ekspor kelapa sawit di Indonesia.

Yakni bertujuan mendukung pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan BPDPKS berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendanaan riset dan pengembangan, promosi produk kelapa sawit, serta dukungan hilirisasi.

Selain itu, BPDPKS berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dan menjalankan program pemberdayaan petani, seperti peremajaan sawit rakyat, untuk membantu petani mengadopsi praktik pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan.

BPDPKS terlibat aktif dalam program untuk mengurangi emisi karbon, terutama melalui pengembangan biodesel berbasis sawit.

Program mandatori biodiesel yang dilaksanakan BPDPKS mewajibkan pencampuran bahan bakar solar dengan biodiesel, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menurunkan emisi gas rumah kaca. 

Sejak 2008, kadar campuran biodiesel telah ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai B30 pada 2019, dengan dukungan pendanaan dan insentif dari BPDPKS memastikan keberlangsungan program tersebut.

BPDPKS berkontribusi menciptakan pasar baru bagi produk kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

Dalam mendukung keberlanjutan, BPDPKS menjalankan program penggunaan lahan yang lebih efisien dan praktik pertanian.

Melalui berbagai inisiatif, BPDPKS mendorong petani untuk mengadopsi Teknik pertanian yang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. BPDPKS bekerja sama untuk memfasilitasi penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan serta mengurangi deforestasi.

Melalui pendekatan ini, BPDPKS berkomitmen memastikan bahwa industri kelapa sawit Indonesia dapat berkembang secara berkelannjutan sambil tetap memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. 
BPDPKS memiliki kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara, terutama melalui ekspor produk sawit dan dukungan terhadap industri biodiesel. Melalui program mandatory biodiesel, BPDPKS mendukung pengembangan biodiesel berbasis sawit, tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil impor tetapi juga meningkatkan penyerapan produk sawit dalam negeri. Hal tersebut telah berdampak positif pada penerimaan negara, karena pemberian insentif biodiesel sejak 2015 hingga maret 2023 telah mencapai Rp 144,7 triliun, dan kontribusi pajak dari biodiesel melalui PPN telah mencapai Rp 13,15 triliun. 
Penting menjaga keseimbangan antara kontribusi ekonomi dari kelapa sawit dan upaya mengurangi dampak lingkungan. BPDPKS berupaya memastikan bahwa pengembangan industri kelapa sawit dan biodiesel tidak hanya meningkatkan penerimaan negara tetapi juga ramah lingkungan. Dengan mengembangkan bahan bakar nabati berbasis sawit, BPDPKS turut berkontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca dan mengurangi deficit neraca perdagangan migas. Selain itu, program BPDPKS juga mendukung praktik pertanian yang berkelanjutan dan penggunaan lahan yang lebih efisien, sehingga meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan. 
BPDPKS menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai target NZE, di antaranya adalah deforestasi dan ketergantungan pada energi fosil  Deforestasi yang terjadi akibat ekspansi lahan kelapa sawit dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan meningkatkan emisi karbon. Penggunaan energi fosil dalam proses produksi dan transportasi produk kelapa sawit juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, yang menghambat Upaya untuk mencapai NZE. 

Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa Solusi dapat diimplementasikan.

Pertama, penelitian dan pengembangan tenologi baru, seperti penggunaan bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan mengurangi kebutuhan lahan, dapat membantu meminimalkan dampak lingkungan.

Kedua, diversifikasi sumber energi terbarukan, seperti pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk energi biomassa, dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Ketiga, peningkatan kebijakan keberlanjutan yang lebih luas, akan mendorong praktik pertanian yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Atas langkah-langkah ini, BPDPKS dapat lebih efektif dalam mendukung pencapaian target NZE. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved