Jamaah Islamiyah Bubar

Riwayat Panjang Jamaah Islamiyah yang Kini Bubar, Berawal Abdullah Sungkar Dirikan Pergerakan Baru

itik inilah pada tahun 1993 Abdullah Sungkar mendirikan pergerakan baru Al Jamaah Al Islamiyah atau JI, sekaligus memimpinnya.

Editor: afrizal
TribunNetwork
Abu Fatih dan tiga anggota lapangan eks Jamaah Islamiyah Solo Raya. Saat ini JI resmi membubarkan diri setelah dibentuk 31 tahun yang lalu oleh Abdullah Sungkar 

Pada 1 Agustus 2000, bom mobil meledak dahsyat di depan rumah Dubes Filipina di Menteng, Jakarta, menewaskan dua warga Indonesia. 

Duta Besar Filipina Leonides Caday dirawat di rumah sakit karena cedera di kepala dan tangan. Kelak akan diketahui pelakunya Fathurahman Al Ghozi, kader dan rekrutan Jamaah Islamiyah.

Di akhir tahun, tepatnya malam Natal 2000, atau 24 Desember 2000 malam, bom berledakan hebat dari berbagai lokasi di Pulau Sumatera hingga Nusa Tenggara Barat. 

Kelak dikemudian hari terungkap aksi pengeboman massal ini diinisiasi dan dikendalikan kelompok Encep Nurjaman alias Enjang Nurjaman alias Hambali alias Ridwan Ishomudin. 

Hambali tahun 1985 pernah di Afghanistan, dan selanjutnya turut mendidik mujahidin asal Indonesia di kamp kemiliteran di perbatasan Pakistan-Afghanistan. 

Selain Hambali, aksi pengeboman massal malam Natal 2000 dilakukan Muklas alias Ali Ghufron, Abdul Azis alias Imam Samudra alias Qodama, dan puluhan orang yang berhubungan dengan orang-orang ini.

Nama-nama mereka kelak kemudian diketahui bersimpul dengan apa yang pernah dibangun almarhum Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir di madrasah Luqmanul Hakim, Johor Bahru, Malaysia.

Pada 11 September 2001, empat kelompok penyerang Al Qaeda membajak empat pesawat komersial yang dua di antaranya ditabrakkan ke Menara kembar World Trade Center di New York. 

Satu lain menghantam Pentagon, dan satu pesawat lagi jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania, gagal mencapai target di Washington DC.

Peristiwa 11 September 2001 ini memicu kemarahan Amerika Serikat, yang sebulan kemudian menggempur Afghanistan diikuti pengiriman pasukan militer. 

Pemimpin Al Qaeda Syekh Usamah bin Ladin atau Osama bin Laden, menyerukan perang total melawan apa yang disebutnya orang-orang kafir. 

Fatwa Osama bin Laden ini memanggang kemarangan banyak orang dan kelompok, termasuk jaringan para pelaku bom massal malam Natal 2000. 

Setahun setelah pasukan Amerika Serikat menyerbu Afghanistan, pada 12 Oktober 2002, bom super dahsyat meledak di Kuta dan Legian, Denpasar, Bali.

Kelak kemudian diketahui pengeboman diorkestrasi Ali Ghufron alias Muklas, Abdul Azis alias Imam Samudra, Ali Imron, Dr Azhari Nurdin dan Noordin M Top, keduanya warga Malaysia.

Sekali lagi kelompok ini tersimpul dengan kegiatan yang pernah difasilitasi almarhum Abdullah Sungkar semasa memimpin Jamaah Islamiyah di Malaysia.

Setelah bom Bali 12 Oktober 2002, penangkapan para pelakunya tak menyurutkan jaringan yang tersisa, yang melanjutkan seri teror dan kekerasan di tahun-tahun selanjutnya. 

Jemaah Islamiyah terus disangkutpautkan dengan berbagai aksi terorisme yang dilakukan individu-individu yang berkelompok, dan mereka umumnya direkrut dan dididik kader jamaah ini. 

Tak terbilang lagi pengungkapan dan penangkapan para pelaku kekerasan bersenjata oleh aparat keamanan, yang ujung-ujungnya selalu tersimpul dengan jaringan Jamaah Islamiyah.

Juga ada yang bersinggungan dengan MMI, dan lalu belakangan muncul Jamaah Anshorut Daulah (JAD), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Majelis Mujahidin Indonesia Timur (MMIT), dan lain-lainnya. 

Pada 9 Juni 2007, Ustad Zarkasyi atau Zarkasih alias Abu Irsyad alias Zahroni ditangkap pasukan Polri di Yogyakarta. Sebelumnya aparat menciduk Ainul Bahri alias Abu Dujana alias Pak Guru di Kebumen.   

Keduanya disebut tokoh penting Jamaah Islamiyah. Zarkasyi diyakini pemimpin sementara Jamaah Islamiyah saat tokoh pengganti Abdulah Sungkar yaitu Abu Rusdan di dalam penjara. 

Sementara Abu Dujana disebut sebagai Panglima Askari atau pemimpin pasukan Jamaah Islamiyah. Keduanya menjalani proses hukum hingga divonis pada 21 April 2010. 

Zarkasih diganjar hukuman 15 tahun penjara, sama dengan Abu Dujana. Poin menentukan di vonis kedua tokoh ini, pengadilan menyatakan Jemaah Islamiyah merupakan "korporasi yang terlarang".

Inilah awal dari masa survival hingga dialektika para elite Jamaah Islamiyah sebagai organisasi berikut jaringannya, yang ternyata memerlukan waktu 14 tahun untuk sampai pada titik balik bubar atau membubarkan diri. 

Deklarasi bubarnya Jamaah Islamiyah dinyatakan pada 30 Juni 2024 di Hotel Lor In Sentul Bogor, didahului pertemuan kajian atau semacam batshul masail sehari sebelumnya di Solo, atau pada 29 Juni 2024. 

Semua sesepuh Jamaah Islamiyah yang aktif maupun tidak aktif, para tokoh senior jamaah dari berbagai bidang urusan hadir dan bersepakat bulat dengan hasil evaluasinya. 

Hasil pertemuan Solo dibawa ke Sentul, yang kali ini pertemuan diberi judul Forum Silaturahmi Pondok Pesantren Jamaah Islamiyah

Tokoh-tokoh sentral Jamaah Islamiyah, termasuk Abu Rusdan, Para Wijayanto, Arif Siswanto, Abu Fatih, Abu Dujana, dan lain-lain hadir memberi pendapat, pandangan, dan dukungan.

Akhirnya pertemuan yang diawali menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, diakhiri pembacaan deklarasi Jamaah Islamiyah menyatakan diri bubar oleh Ustad Abu Rusdan alias Thoriquddin alias Hamzah. 

Inilah akhir kisah perjalanan Al Jamaah Al Islamiyah sebagai organisasi yang didirikan almarhum Abdullah bin Ahmad Sungkar dan Abu Bakar Baasyir serta beberapa tokoh lain, 31 tahun lalu di Malaysia.(Tribun Network/Setya Krisna Sumarga) 

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved