Jamaah Islamiyah Bubar

Riwayat Panjang Jamaah Islamiyah yang Kini Bubar, Berawal Abdullah Sungkar Dirikan Pergerakan Baru

itik inilah pada tahun 1993 Abdullah Sungkar mendirikan pergerakan baru Al Jamaah Al Islamiyah atau JI, sekaligus memimpinnya.

Editor: afrizal
TribunNetwork
Abu Fatih dan tiga anggota lapangan eks Jamaah Islamiyah Solo Raya. Saat ini JI resmi membubarkan diri setelah dibentuk 31 tahun yang lalu oleh Abdullah Sungkar 

TRIBUNPADANG.COM- Membaca kisah organisasi Al Jamaah Al Islamiyah atau lebih popular disebut Jamaah Islamiyah atau JI, adalah membaca sejarah panjang Indonesia modern warisan perang kemerdekaan. 

Nama Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo tak bisa dilepaskan dari kemunculan Jamaah Islamiyah  berpuluh tahun kemudian. 

Ada kesamaan ideologis di antara perjuangan JI dengan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Bahkan ada yang menyebut Jamaah Islamiyah adalah salah satu bagian kelanjutan perjuangan NII DI/TII. 

Baca juga: Penampakan Bekas Rumah Persembunyian Terakhir Noordin M Top, 15 Tahun Lalu Diserbu Tengah Malam

Kartosuwiryo secara ideologis dan politis melahirkan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) DI/TII di Garut dan sekitarnya pada 7 Agustus 1949.

Menyebut nama Kartosoewirjo, bagaimanapun tak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan murid-murid dan anak asuh Haji Oemar Said Tjokroaminoto di Gang Peneleh VII, Kota Surabaya.

Dua nama penting lain adalah Soekarno dan Semaoen. Soekarno kelak jadi Presiden pertama Republik Indonesia. 

Sedangkan Semaoen bersama Alimin dan Muso kelak menjadi pentolan tokoh Partai Komunis Indonesia.  

Akan halnya Kartosoewirjo, kelak sesuai perjuangan yang dipilihnya, memimpin NII DI/TII yang mengangkat senjata melawan pemerintahan Soekarno. 

Kartosoewirjo, Soekarno, dan Semaoen pernah tinggal serumah di kediaman Haji Oemar Said  Tjokroaminoto. Sejak muda mereka menyemai pemikiran di guru yang sama. 

Di rumah ini pula tokoh-tokoh pendiri Muhammadiyah di kemudian hari, seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Mas Mansyur kerap ikut berkumpul.

Akhir tragis terjadi di antara Kartosoewirjo, Soekarno, dan Semaun. Ketiganya bersimpang jalan karena faktor ideologis dan jalan politik yang dipilih.  

Ketika gerakan NII DI/TII dipukul pasukan TNI dan Kartosoewirjo ditangkap, Presiden Soekarno dengan berat hati meneken pelaksanaan eksekusi mati Kartosoewirjo di sebuah pulau di Teluk Jakarta.

Kematian SM Kartosoewirjo meredakan perlawanan NII DI/TII, yang selama beberapa tahun telah menghanguskan sebagian wilayah Priangan Timur.

Baca juga: Abu Fatih Ungkap Kisah Awal hingga Pimpin Jamaah Islamiyah Wilayah Jawa, Dipanggil Abdullah Sungkar

Melompat beberapa tahun kemudian, generasi penerus NII DI/TII menghidupkan kembali gerakan itu dalam bentuk lain dengan corak organisasi yang beragam.

Muncul nama Komando Jihad atau Komji, yang diwarnai aksi-aksi perampasan atau fa’i oleh kelompok Warman, dan penyerangan markas militer serta pos-pos polisi.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved