Jamaah Islamiyah

Peneliti-Pemerhati Terorisme Indonesia Khoirul Anam: Bubarnya Jamaah Islamiyah Sudah Berproses Lama

saya yakin dan percaya mereka bubar beneran, keputusan ini berasal murni dari mereka. Tidak ada pihak dari luar yang menekan atau memaksa mereka.

Editor: afrizal
TribunNetwork
Peneliti dan Pemerhati Terorisme Indonesia, Khoirul Anam 

Tentu deklarasi itu didahului pertemuan-pertemuan kajian para tokoh JI, dan terakhir digelar di sebuah lokasi di Solo pada 29 Juni 2024.

Bagi saya yang juga cukup mengejutkan adalah, apa yang terjadi ini tidak diduga oleh pihak keamanan, dalam hal ini Densus 88 Antiteror. 

Maksudnya koq bisa secepat ini. Tapi bagaimanapun ini tentu menggembirakan karena JI adalah organisasi besar di Indonesia, bahkan mungkin di terbesar Asia Tenggara.

Saya juga bertemu dengan orang-orang dari Kemenag, dan mereka terkejut tapi juga senang. Tapi tak bisa dipungkiri ada pihak yang terkejut lalu curiga. 

Curiga jangan-jangan ini gimmick, curiga jangan-jangan ini kamuflase, ini upaya mereka saja supaya tidak terlalu diawasi lagi oleh aparat keamanan. 

Tapi saya sangat yakin, ini bukan pura-pura. Mereka akan serius sekali. Buktinya selain pernyataan tegas, mereka juga menulis banyak komitmen.  

Di antaranya setelah bubar, mereka akan menyerahkan albas atau alat, bahan (peledak), dan senjata yang selama pihak kepolisian tidak tahu di mana disimpan.

Baca juga: Sosok Sabarno Pernah Jadi Ketua Toliah Jamaah Islamiyah Wilayah Timur, 10 Tahun Hidup Dalam Pelarian

Saya mendengar belum lama ini, aparat Densus sampe menyelam ke Bengawan Solo, mencari senjata yang dibuang oleh anggota yang memberitahukan titik lokasinya. 

Mereka juga menyatakan akan menyerahkan para DPO. Ada DPO yang sudah 7-12 tahun dikejar tidak ada, tiba-tiba setelah ada kabar bubar, orangnya muncul menyerahkan diri. 

Tentu difasilitasi oleh senior-senior JI yang sudah terjalin dan menjalin komunikasi dengan aparat keamanan. 

Kemudian hal terpenting berikutnya, karena JI ini dulu berafiliasi dengan banyak pesantren, julamhya lebih dari 40 dan santrinya bisa sampai 16 ribu, mereka bersedia kurikulumnya dievaluasi.

Ini serius dan sekali lagi meyakinkan keputusan itu bukan gimmick. Kemenag juga langsung merespon sikap ini, dan langsung mengirimkan pejabat yang membidangi ini untuk berdialog.

Tentu ini ini sejalan dengan apa yang saya dengar dari para tokoh utama JI, seperti Ustad Para Wijayanto dan Ustad Siswanto.

Mereka menegaskan pada dasarnya JI tidak dirancang sebagai gerakan melawan negara (Indonesia). Ini bukan organisasi yang anti terhadap negara. 

Dua kunci utama JI adalah ilmu dan jihad. Setidaknya ini yang disampaikan para petinggi terakhir Jamaah Islamiyah.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved