Tabuik Pariaman 2024

Maambiak Batang Pisang, Tuo Tabuik: Batang Pisang Merupakan Filosofi Orang Pariaman

Prosesi maambiak batang pisang dalam rangkaian Pesona Tabuik Budaya Piaman 2024 memiliki arti sendiri bagi masyarakat Pariaman. Menurut Tuo Tabuik ...

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
Foto: Panji Rahmat/tribunpadang.com
Algojo maambiak batang pisang dari rumah Tabuik Subarang melakukan proses ia maambiak batang pisang, Kamis (11/7/2024). 

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Prosesi maambiak batang pisang dalam rangkaian Pesona Tabuik Budaya Piaman 2024 memiliki arti sendiri bagi masyarakat Pariaman.

Menurut Tuo Tabuik Pasa, Zulbakri, batang pisang dipilih mengacu pada filosofis orang Pariaman.

Dimana batang pisang ini saat diambil buahnya, daunnya dan dicincang pelepahnya masih tetap bertahan untuk sementara waktu.

Batang pisang tersebut tetap berdiri kokoh sembari menunggu tunas disekitarnya tumbuh, setelah itu barulah batang pisang tersebut mati.

"Artinya orang Pariaman selalu mempersiapkan generasi berikutnya yang bisa diandalkan untuk masa depan," bebernya.

Begitulah batang pisang ini dijadikan filosofis bagi orang Pariaman.

Dalam pelaksanaan maambiak batang pisang oleh Tabuik Pasa, algojonya berhasil memancung keempat batang pisang dengan sekali tebasan.

Baca juga: Alasan Pohon Pisang Jadi Objek dalam Prosesi Maambiak Batang Pisang Pesona Tabuik Budaya Piaman 2024

Dalam prosesi maambiak batang pisang, di rangkaian Pesona Tabuik Budaya Piaman 2024, ada satu hal yang menarik yaitu pedang yang digunakan algojo untuk menebasnya.

Niniak Mamak Tabuik Subarang, Suhermen Mursyid, mengatakan pedang yang digunakan dalam prosesi ini adalah pedang Jinawa.

Ia menyebut, prosesi manabang batang pisang juga dapat disebut sebagai gambaran dari Tajamnya pedang Ziad Bin Syarik Attamimi.

"Ia merupakan, Algojo Padang Karbala yang menebas kepala Husain hingga terpisah dari badannya," ujarnya.

Pedang Jinawi sendiri adalah pedang yang dimiliki dan disimpan oleh Pandeka (dubalang) Tabuik Pasa secara turun temurun.

Pedang Jinawi hanya dikelurkan dan digunakan sekali dalam setahun.

Pedang ini keluar saat pelaksanaan Pesona Tabuik Piaman yaitu untuk prosesi maambiak batang pisang.

Pedang Jinawi dari ceritanya sudah digunakan oleh beberapa generasi Pandeka (dubalang) Tabuik, secara turun-temurun.

"Pedang ini nantinya setelah digunakan akan kembali disimpan di rumah keturunan leluhur Tabuik," ujarnya.

_____
Baca berita terbaru di Saluran TribunPadang.com dan Google News

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved