Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Pemerintah Rancang Sistem Peringatan Dini Berbasis Komunitas Cegah Galodo Sekitar Gunung Marapi

Pemerintah bakal memasang sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) berbasis komunitas di sekitar Gunung Marapi

Penulis: Rahmadisuardi | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/RahmatPanji
Kondisi rumah warga yang hanyut dan mengalami rusak parah di Parambahan Tanah Datar akibat banjir bandang dan lahar dingin, Sabtu (11/5/2024) silam. Pemerintah bakal pasang sistem peringatan dini berbasis komunitas cegah galodo. 

TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Pemerintah bakal memasang sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) berbasis komunitas di sekitar Gunung Marapi cegah banjir bandang kembali terjadi.

Rencana ini dibahas dalam rapat koordinasi Penanganan Pengurangan Resiko Bencana Galodo yang digelar di Bukittinggi pada Sabtu (25/5/2024).

Rapat digelar dalam rangka percepatan penanganan darurat banjir lahar dingin atau galodo berdasarkan empat arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berkolaborasi dalam perancangan sistem peringatan dini bencana galodo.

Berbagai evaluasi dilakukan oleh kedua lembaga untuk menyusun rancangan sistem peringatan dini yang efektif pada potensi bencana banjir lahar hujan atau galodo berdasarkan pengalaman bencana yang terjadi.

Saat ini BMKG mengusulkan penguatan dan monitoring terkait peringatan dini bencana banjir dan longsor yang ada di sekitar Gunungapi Marapi.

Baca juga: Pencarian 10 Korban Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi Sumbar Berlanjut di Hari ke-16

Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang Suaidi Ahadi mengungkapkan model EWS yang sedang dirancang oleh tim BMKG adalah sistem peringatan dini berbasis komunitas.  

"Konsepnya adalah pemasangan alat monitoring sungai dengan menggunakan radar yang dapat memonitor tingkat ketinggian air sungai," katanya dilansir Senin (27/5/2024).

Hal ini berdasarkan hasil pemantauan sungai di wilayah terdampak galodo yang memiliki jenis sungai intermitten.

Jenis sungai ini memiliki aliran airnya tergantung pada musim, yaitu pada musim penghujan airnya melimpah dan pada musim kemarau airnya kering. Sungai intermitten ini memiliki fluktuasi yang sangat ekstrem antara musim. 

Secara sederhana cara kerja EWS ini adalah mengkonfirmasi peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG dari cuaca dan getaran tanah (microtremor).

Baca juga: 4 Kebijakan Pasca Banjir Bandang Agam: Normalisasi Sungai, Hancurkan Batu, Relokasi, dan Pasang EWS

Jika kemudian alarm EWS berbunyi, komunitas siaga bencana yang dimiliki oleh wali nagari disekitar Gunungapi Marapi dapat langsung berkoordinasi untuk melakukan evakuasi mandiri. 

BMKG telah menghitung kebutuhan EWS untuk jenis ini sebanyak 23 titik untuk wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang yang mengelilingi luncuran sungai yang berhulu ke Gunungapi Marapi.

"Harapannya, jika ke-23 titik EWS sungai ini terpasang maka akan selamanya terbangun komunitas peringatan dini dan evakuasi dari nagari," tambahnya.

Seiring dengan BMKG, saat ini tim BNPB tengah melaksanakan survei lokasi titik pemasangan EWS. Survei dilakukan dengan menggunakan teknologi drone maupun dengan pemantauan aerial dari helikopter. 

Usulan BMKG ini nanti akan dibicarakan lebih detil dengan PVMBG dan usulan-usulan lain yang disampaikan oleh akademisi kepada BNPB sehingga perangkat EWS yang dibangun nantinya benar-benar bisa menjawab kebutuhan informasi di tingkat masyarakat.

Ditargetkan, pemasangan unit early warning system ini dapat dilaksanakan pada tahun  ini.(*)

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved