Penganiayaan Anak di Pariaman
Rekonstruksi Kasus Ayah Aniaya Anak Tiri di Pariaman: Pukul Kepala dan Badan Korban Berkali-kali
Polres Pariaman gelar rekonstruksi kejadian, ayah berinisial DA yang diduga telah melakukan kekerasan anak tirinya hingga meninggal dunia.
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM,PARIAMAN - Polres Pariaman gelar rekonstruksi kejadian, ayah berinisial DA yang diduga telah melakukan kekerasan anak tirinya hingga meninggal dunia.
Pelaku ini memperagakan sebanyak 21 adegan reka ulang, di asrama Tri Brata II, Kampung Jawa, Pariaman Tengah Kota Pariaman.
Kasat Reskrim Polres Pariaman Iptu Rinto Alwi, mengatakan proses rekonstruksi dilakukan untuk menyamakan persepsi dengan pihak kejaksaan.
"Dari rekonstruksi ini, bisa jelas juga bagaimana peristiwa sebenarnya terjadi," ujarnya.
Rekonstruksi bermula saat ibu korban meninggalkan rumah untuk berjualan dari kontrakannya yang berlokasi di Dusun Padang Tampaik, Marunggi, Pariaman Selatan, Kota Pariaman.
Ibu korban berjualan di depan RSUD Pariaman, ia berangkat sekira pukul 13.30 WIB, Kamis (4/4/2024).
Usai ibunya pergi, tersisa di rumah kontrakan itu, pelaku dengan anak tirinya yang jadi korban berinisial A.
Baca juga: Alasan Ayah Bunuh Anak Tiri di Pariaman: Muak Bersihkan Kotoran Korban yang Sedang Diare
Selama proses rekonstruksi Kasat menyebut ada perbedaan keterangan dari ibu korban dan pelaku.
Dimana ibu korban menyebut anaknya tidak mengalami sakit diare seperti pengakuan pelaku saat ia tinggal.
"Pelaku mengakunya, penganiayaan terjadi akibat rasa kesal karena korban diare berkepanjangan," ujar Kasat.
Rasa kesal itu menghadirkan emosi sesaat pada pelaku, hingga menganiaya anak tirinya hingga meninggal dunia.
"Ketika reka ulang, tetap sesuai hasil pemeriksaan bahwa pelaku emosi sesaat pada korban yang sering buang air besar. Serta karena korban sering menangis dan membuat pelaku makin tersulut emosi," ujarnya.
Lebih lanjut, usai memandikan dan memasang baju korban, sekira pukul 18.00 WIB, tindak penganiayaan baru berlangsung.
Penganiayaan bermula dengan teriakan dan tamparan pada bagian muka dan paha korban berkali-kali.
Sakit mendapat pukulan, korban menangis tersedu-sedu sembari menyebut hanya ibu yang sayang padanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.