Perjuanganku dan Anak Istimewaku

Oleh: Hirma Nora, S.Pd.SD, Guru SDN 19 Pasaman, Kecamatan Pasaman, Pasaman Barat

Saya adalah seorang guru SDN 19 Pasaman, mempunyai 5 orang anak yang tiga diantaranya adalah anak istimewa. Istimewa itu kata yang saya berikan untuk ketiga anak saya. 

Anak pertama bernama Rapael Fadly Harianja, anak kedua Rafais Fadly Harianja dan yang ketiga bernama Rafazri Fadly Harianja, yang ketiga orang anak saya ini mengalami gangguan pendengaran atau tuli. 

Saya tidak tau apakah tulisanku ini ini bisa berbagi dengan orang lain atau akan dapat hinaan dari orang lain tapi ini adalah kisah saya, perjalanan hidup saya untuk bisa sampai di titik ini.

Awalnya saya dan suami mengetahui anak kami bermasalah dengan pendengarannya waktu anak saya yang besar masih menduduki bangku SMA, waktu itu Rafael mintak izin untuk pergi les, sebenarnya saya tidak mengizinkan tapi dia ngotot ingin pergi les juga karena bagi dia belajar adalah hal yang sangat penting, dan kebetulan waktu itu suami saya lagi pelatihan di Singapura selama 40 hari dan saya baru melahirkan anak yang ke lima. 

Subuhnya sebelum azan Subuh anak saya bangun dan bilang mama telinga Apen mendengung, Ya Allah nak gimana ini lagi, kata saya dengan sangat cemas.

Baca juga: Si Bocil yang Gigih

Langsung saya telpon suami dan kata suami langsung ke rumah sakit M.Djamil padang dan di daftarkan oleh suami saya lewat online, karena sebelum puncak kejadian ini di SMP dia sudah pernah juga mendengung juga telinganya dan bisa diselamatkan pendengarannya. 

Berangkat ke Padang dengan meninggalkan bayi yang baru berumur beberapa hari, saya kuatkan hati berdua dengan Rafael ke Rumah sakit M. Djamil Padang dan dengan hasil pemeriksaan awal dokter, hilang pendengaran dan akan dicoba dikembalikan lagi dengan injeksi ke dalam telinga langsung di ruang operasi. 

Sebanyak lima kali Injeksi kami lakukan untuk mencoba memulihkan kembali pendengaran seperti yang dilakukan saat SMP dulu. Betapa hancur hati saya melihat dia masuk ruang operasi sendiri sampai lima jam saya menunggu diluar ruangan dari awal masuk sampai dia keluar saya selalu menangis sendiri.

Disinilah ujian terberat itu datang disaat Dokter sudah menyerah dan menyatakan sudah tidak bisa lagi dikembalikan pendengaran anak saya dan ternyata kedua adiknya juga mengalami hal yang sama. 

Dunia terasa runtuh disaat itu saya marah kepada Tuhan, Ya Allah apa salah saya, kenapa kau beri cobaan seberat ini, dan suami saya selalu menguatkan saya kalau saya adalah wanita yang kuat pasti bisa melewati ini.

Baca juga: Gerobak Baca SD Negeri 11 Kinali Tambah Asupan Literasi Siswa

Mungkin saya akan mencoba kuat dalam menghadapi cobaan ini, untuk mendampingi anak-anak saya untuk bisa kuat menerima keadaan mereka karena berbeda dengan yang lain, dunia mereka yang sunyi tidak bisa mendengar rintik hujan, suara teman temannya, suara televisi dan lain sebagainya.

Dari ketiga anak istimewa saya ini, anak saya yang paling besarlah yang paling susah untuk saya membuatnya menerima keadaan ini. Karena anak remaja yang sedang masa – masanya menghadapi indahnya dunia remaja.

Sedangkan kedua adiknya masih kecil belum paham betul. Dia tidak mau sekolah lagi, tidak mau keluar rumah dan tidak ingin teman – temannya datang ke rumah kami. Rafael itu masih semester 1 di SMA 2 Batusangkar. 

Saya masih ingat pas mau ujian semester 1 dengan berbagai cara saya merayunya untuk pergi ikut ujian dia tidak mau. saya harus sering ke sekolahnya untuk menceritakan keadaan anak saya kepada guru di sekolahnya.