Sumatera Barat

Diskusi: Black Cat Sebutan Intelijen Belanda untuk, Harimau Pengawal Gerilya PDRI

Sejauh ini belum sepenuhnya terungkap, akan kisah pesilat dan harimau pengawal gerilya PDRI (Pemerintah Darurat Republik

|
Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/EMIL MAHMUDSYAH
Diskusi Menuju 75 Tahun PDRI pada malam Minggu atau (25/11/2023) malam disiarkan secara langsung (live on) melalui platform Instagram & TikTok. Diskusi series ini menggandeng Pusat Studi Konstitusi (PusaKo) Fakultas Hukum Universitas Andalas atau Unand. Bersamaan itu, diskusi tatap muka secara offline di Kantor Langgam.id, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sejauh ini belum sepenuhnya terungkap, akan kisah pesilat dan harimau pengawal gerilya PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). Keberadaan sekaligus peran pesilat dan harimau menjadi bahasan yang jadi bahan diskusi secara hybrid dari para pemateri/narasumber, bersama audiens serta partisipan.


Hal itu mengemuka pada Diskusi Menuju 75 Tahun PDRI pada malam Minggu atau (25/11/2023) malam sertadisiarkan secara langsung (live on) melalui platform Instagram & TikTok. Diskusi series ini menggandeng Pusat Studi Konstitusi (PusaKo) Fakultas Hukum Universitas Andalas atau Unand. Bersamaan itu, diskusi tatap muka secara offline
berlangsung di Kantor Langgam.id, Kota Padang, Provinsi Sumatera Sarat (Sumbar).

Suasana Gerilya
Diskusi Menuju 75 Tahun PDRI pada malam Minggu atau (25/11/2023) malam disiarkan secara langsung (live on) melalui platform Instagram & TikTok. Diskusi series ini menggandeng Pusat Studi Konstitusi (PusaKo) Fakultas Hukum Universitas Andalas atau Upada malam Minggu atau (25/11/2023) malam disiarkan secara langsung (live on) melalui platform Instagram & TikTok. (TribunPadang.com/Emil M)

 

Pantauan TribunPadang.com, suasana diskusi kali ini terlihat sarat dialektika antara narasumber, masing-masing Wartawan dan penulis Khairul Jasmi, Peneliti Sejarah, Maiza Elvira serta dipandu Host yang juga Jurnalis, Hendra Makmur. Alhasil, diskusi berseri (series) 75 tahun menuju PDRI kali ini direspon secara kritis dari audiens, yang hadir. Mereka tersebut berasal dari beberapa latar belakang disiplin ilmu, termasuk pengunjung cafe, yang juga berada di area berlangsungnya acara.


Diskusi makin menarik, ketika sesi tanya-jawab lalu pertanyaan pembuka dilontarkan seorang hadirin, Jurnalis TribunPadang Tribun Network, Emil Mahmudsyah terkait diksi pesilat dan harimau selaku pengawal gerilya PDRI.

 

Menurut penanya, sejauhmana peran kongkret dari pesilat yang diuraikan pemateri Khairul Jasmi. Lebih lanjut, sejauhmana interpretasi tentang diksi harimau sebagai pengawal gerilya, lalu diulas oleh narasumber Maiza Elvira.

 

"Sebetulnya, dari temuan riset berdasar sumber data intelijen Belanda bahwa yang dimaksud harimau itu memancarkan dari bola mata yang cahayanya kekuningan. Dan, itu disebutkan dari sumber data tersebut adalah black cat," beber El, sapaan akrab Maiza Elvira.

 

Host Hendra Makmur juga mempersilakan audiens yang hadir untuk bertanya, kemudian disusul peneliti sebuah lembaga kajian, Mukhlis serta jurnalis KompasTv bertugas di Sumbar, Rio Johanes. Turut hadir dalam diskusi Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sumbar, Andri Elfaruqi serta akademisi, dan kalangan mileneal yang tampak menikmati suasana malam mingguan diisi kegiatan nan bernas.

 

Diskusi yang berlangsung selama lebih kurang satu jam pada Sabtu malam, pukul 20.00 hingga 21.00 lewat itu terasa relatif singkat, lalu dihiasi oleh lantunan suara emas vokalis sekaligus bintang tamu, Silvi dan Gitaris, Farras.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved