Kota Padang
Akar Masalah Pencemaran Pantai Padang: Fasilitas Bak Sampah di Pemukiman Dekat Sungai Masih Minim
Tumpukkan sampah di Pantai Padang menjadi pemandangan rutin pasca hujan lebat mengguyur kota terbesar di pesisir barat Sumatera itu.
Penulis: Nandito Putra | Editor: Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Tumpukkan sampah di Pantai Padang menjadi pemandangan rutin pasca hujan lebat mengguyur kota terbesar di pesisir barat Sumatera itu.
Sampah-sampah itu berasal dari dua sungai yang bermuara di lepas pantai Padang, yaitu Batang Arau dan Banjir Kanal.
“Kalau sudah hujan lebat, sesak pantai ini dengan sampah. Baunya tak tanggung-tanggung,” kata Safrial (56), seorang warga kepada Tribunpadang.com, Sabtu (20/5/2023).
Siang itu Safrial sedang bersantai sambil menemani cucunya yang sedang bermain ombak di Pantai Padang.
Sepelemparan batu dari tempatnya duduknya, sisa-sisa tumpukkan sampah yang didominasi plastik dan kain bekas, tertumbuk di pasir dan batu pemecah ombak.

Baca juga: Kubus Apung, Jurus Jitu Pemko Padang Atasi Masalah Sampah di Laut
Safrial mengatakan tumpukkan sampah itu muncul setelah hujan lebat beberapa minggu lalu.
Sebagian sampah sudah dibawa oleh petugas kebersihan. Namun tidak semuanya terangkut dan dibiarkan begitu saja.
Huan, warga Kelurahan Subarang Palinggam, Kecamatan Padang Selatan, mengatakan warga masih banyak buang sampah ke sungai.
Pria 60 tahun ini sudah bermukim dan membangun rumah di pinggir Batang Arau sejak 1982.
“Dari dulu orang di sini sudah membuang sampah ke sungai, tapi airnya masih jernih dan layak dipakai mandi. Sekarang sudah keruh dan bau,” katanya.
Baca juga: WALHI Sumbar: Penanganan Sampah di Kota Padang Soal Keteladanan Pemerintah
“Ada limbah pabrik dan limbah rumah sakit dibuang ke Batang Arau,” katanya melanjutkan.
Saat musim panas seperti ini, kata Huan, jumlah sampah di Batang Arau tidak begitu banyak.
Namun tetap saja ada warga yang membuang sampah ke sungai meski pemerintah sudah menancapkan plang berisi peraturan daerah tentang larangan buang sampah ke sungai.
“Aturan seperti denda dan segala macam tidak berlaku di sini. Kadang malam-malam dia (warga) buang sampah, siapa yang tahu?” katanya.
Minim fasilitas bak sampah
Sebarang Palinggam dan Batang Arau merupakan dua kelurahan yang dilewati aliran Batang Arau, Kota Padang. Pola perumahan di kawasan padat penduduk ini mengikuti pola aliran sungai.
Menurut Huan, tidak hanya warga Batang Arau yang buang sampah ke sungai.
“Datanglah ke sini pas hujan lebat, sangat banyak sampah yang hanyut dari hulu, di sini mengendapnya,” ujarnya.
Riset yang dilakukan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan sejumlah dosen Teknik Lingkungan, Universitas Andalas mengungkap keberadaan bak sampah di pemukiman yang dekat dengan sungai masih sangat kurang.
Uslaini, salah seorang peneliti yang terlibat dalam riset tersebut, mengatakan, bahkan tidak hanya warga di bagian hilir saja yang buang sampah ke sungai.

“Hampir sebagian besar warga yang bermukim di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau kalau buang sampah ke sungai. Karena akses ke bak sampah tidak ada,” katanya Uslaini dalam pemaparan hasil riset pada pertengahan Mei tahun lalu.
Di Kelurahan Batang Arau, misalnya, hanya ada satu bak sampah yang lokasinya terletak di ujung jalan dekat kawasan Gunung Padang. Sementara di Sebarang Palinggam, hanya ada dua bak sampah.
Masalah pencemaran sampah di laut dan sungai di Kota Padang tak bisa dilihat dari faktor warga yang buang sampah sembarangan saja.
Menurut Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Barat, Wengki Purwanto, akar masalah yang harus diurai adalah infrastruktur pengelolaan sampah dan penegakan hukum.
Wengki mengatakan pemerintah tak bisa mengkambinghitamkan perilaku buang sampah sembarangan tanpa menyediakan fasilitas yang memadai.
“Kalau bak sampah memadai, warga dapat diarahkan agar tidak membuang sampah ke sungai,” kata Wengki, Sabtu (20/5/2023).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Mairizon mengatakan, pihaknya tak punya anggaran lagi untuk mengangkut semua sampah yang dihasilkan warga Padang.
Menurut data DLH pada 2022 lalu, setiap harinya ada 890,85 meter kubik sampah di Kota Padang tak tertampung di bak sampah.
“Untuk saat ini masih kurang sekitar 45 bak sampah lagi,” kata Mairizon.
Selain kurangnya anggaran, Mairizon mengatakan warga kota tidak lagi bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan.
“Salah satu masalah utama darurat sampah yang dihadapi Kota Padang adalah darurat mental masyarakat untuk peduli dengan sampah yang dihasilkannya sendiri,” katanya melalui keterangan tertulis, Sabtu (20/5/202). (TribunPadang.com/Nandito Putra)
________________
Baca berita TribunPadang.com terbaru di Google News
BPBD Padang Cek Rutin Sirine Peringatan Dini Tsunami di 25 Titik Tiap Tanggal 26 |
![]() |
---|
Satpol PP Padang Tertibkan Kedai Kopi Jalanan yang Kuasai Trotoar dan Badan Jalan |
![]() |
---|
Menilik Koperasi Merah Putih yang Baru Aktif Beroperasi di Balai Gadang Padang |
![]() |
---|
Viral Pengemis Pura-Pura Cacat di Padang, Setiap Hari Bisa Meraup Keuntungan Rp400 Ribu |
![]() |
---|
104 Koperasi Merah Putih Dibentuk di Padang, Baru Satu yang Sudah Beroperasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.