Jembatan Ambruk di Lubuk Alung

Dampak Jembatan Lubuk Alung Ambruk, Wali Nagari Sikabu: Waktu Perjalanan Bertambah Lama

Wali Nagari Sikabu: Ambruknya jembatan penghubung Lubuk Alung - Sikabu, Padang Pariaman, dinilai akan berdampak pada aktivitas masyarakat.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rizka Desri Yusfita
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Jembatan penghubung Lubuk Alung-Sikabu, Kabupaten Padang Pariaman ambruk, Senin (8/5/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Ambruknya jembatan penghubung Lubuk Alung - Sikabu, Padang Pariaman, dinilai akan berdampak pada aktivitas masyarakat.

Wali Nagari Sikabu, Jasriman, mengatakan jembatan ambruk ini membuat akses jalan masyarakat nagarinya terganggu.

Bagi masyarakat Sikabu, peran jembatan itu cukup sentral karena bisa memangkas waktu untuk pergi ke Lubuk Alung.

"Kalau kondisinya sekarang masyarakat harus memutar ke jalan alternatif," terangnya, Senin (8/5/2023).

Baca juga: Jembatan Lubuk Alung-Sikabu Ambruk, BPBD Padang Pariaman Taksir Kerugian Rp10 Miliar Lebih

Jalan alternatif yang bisa dilalui masyarakat ini antara lain, melalui Buaian dan Koto Buruk.

Dari dua jalan alternatif yang ada itu masyarakat Sikabu harus menambah durasi waktu perjalanannya 10 menit sampai 15 menit untuk ke Lubuk Alung.

Terlebih banyak masyarakat Sikabu yang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Lubuk Alung. Sehingga setiap hari para siswa itu harus melintasi jalur alternatif.

"Para siswa itu jadinya harus pergi lebih cepat agar tidak terlambat, serta mengeluarkan ongkos ojek lebih banyak dari biasanya," terang Jasriman.

Baca juga: Emak-Emak Keluhkan Ambruknya Jembatan Lubuk Alung-Sikabu, Ongkos Ojek Bertambah

Selain sektor pendidikan, Wali Nagari menilai dampak lainnya juga dirasakan oleh masyarakat Sikabu yang bekerja di Lubuk Alung.

Para pekerja itu nantinya juga akan merasakan hal yang sama dengan anak sekolah.

Jasriman berharap, ambruknya jembatan ini bisa ditanggapi cepat oleh pemerintah daerah agar masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa.

Kerugian Rp10 Miliar Lebih

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang Pariaman taksir kerugian jembatan penghubung Lubuk Alung-Sikabu ambruk  mencapai miliaran rupiah.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Padang Pariaman Helmi, mengatakan taksiran kerugian itu mengacu pada pendataan terakhir yang sempat dilakukan oleh pihaknya ketika untuk perbaikan tebing pengaman jembatan tersebut.

"Jadi pada bulan Januari 2023 tebing pengaman jembatan ini juga sempat rusak akibat debit air tinggi, lalu direncanakan perbaikan, nilainya Rp 10 M," jelas Helmi.

Angka sebanyak itu dibutuhkan untuk memperbaiki tebing pengaman sementara menjadi permanen.

Baca juga: Dugaan Penyebab Jembatan Lubuk Alung - Sikabu di Padang Pariaman Ambruk

Hanya saja saat itu, jumlah perbaikan sebanyak itu tidak tersanggupi pemerintah daerah. Sehingga dilakukan penghitungan ulang untuk perbaikan tebing pengaman semi permanen.

Jumlahnya saat itu berkisar Rp 2 M, dari patokan jumlah itu, Helmi menaksir kerugian  jembatan saat ini bisa mencapai Rp 10 M lebih.

"Soalnya kerusakan jembatan ini lebih parah, sebagian sisi jembatan ambruk, tentu biaya kerugiannya lebih besar," jelas Helmi.

Kendati demikian Helmi menggaris bawahi itu baru taksiran kasat mata yang ia perkirakan.

Lebih lanjut, BPBD Padang Pariaman akan melakukan assessment terlebih dahulu dan konsultasi pada sejumlah pihak.

Baca juga: BREAKING NEWS: Jembatan Penghubung Lubuk Alung - Sikabu di Padang Pariaman Ambruk

Emak-Emak Keluhkan Ambruknya Jembatan Lubuk Alung-Sikabu, Ongkos Ojek Bertambah

Sejumlah warga Sikabu, Lubuk Alung Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), menilai ambruknya jembatan penghubung Lubuk Alung - Sikabu Berdampak pada pengeluaran sehari - hari.

Sejumlah warga mengaku dengan ambruknya jembatan itu membuat mereka kesulitan dalam akses transportasi.

Seorang warga Lisnawati (55), mengaku ambruknya jalan ini membuat ia harus memutar untuk pergi ke Lubuk Alung.

Ia yang harusnya membutuhkan waktu 15 menit ke Pasar Lubuk Alung, terpaksa harus melewati jalan alternatif dan menambah durasi perjalanan.

"Kalau lewat jalan alternatif saya harus memutar dan memakan waktu 10 menit sampai 15 menit untuk ke pasar," terangnya.

Selain menambah durasi waktu perjalanan, melewati jalan alternatif juga membuatnya menambah ongkos ojek.

Biasanya Lisna hanya membayar Rp 10 ribu untuk ke Pasar Lubuk Alung via jembatan, namun, jika melalui jalur alternatif bianya akan bertambah Rp 15 ribu sampai Rp 10 ribu.

Hal serupa juga dibenarkan oleh Mukdiarti (70), menurutnya ambruknya jembatan ini akan membuat pengeluaran lebih banyak.

Ia menilai banyak kegiatan ekonomi berlangsung di Pasar Lubuk Alung, jadi mau tidak mau ia hampir 3 kali sepekan pergi ke sana.

"Sekarang biaya ojek malah naik pasti menambah beban pengeluaran," terangnya.

Selain untuk dirinya sendiri, Mukdiarti mengaku, sejumlah orang tua yang anaknya sekolah di Lubuk Alung mengalami hal serupa.

"Kalau warga yang anaknya sekolah di Lubuk Alung tentu tiap hari menambah pengeluarannya," jelas Mukdiarti dibenarkan oleh 4 orang emak-emak di sekitarnya. (TribunPadang.com)

 

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved