Banjir di Bukittinggi

Rutin Langganan Banjir, Warga Pulai Anak Air Bukittinggi Minta Perahu Karet untuk Siaga Bencana

Permintaan itu datang dari warga di Pulai Anak Air, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar). Ibentaro Samudera ..

Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi
Goro bersama warga pasca bencana banjir hantam RT 2 RW 1, Pulai Anak Air, Kota Bukittinggi, Rabu (29/3/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Rutin menjadi langganan banjir setiap hujan deras, warga di Bukittinggi meminta bantuan perahu karet untuk siaga pertolongan pertama.

Permintaan itu datang dari warga di Pulai Anak Air, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar).

Diketahui, kawasan Pulai Anak Air memang rutin dihantam banjir setiap curah hujan yang tinggi. Sebab, berada di kawasan rendah dari daerah lainnya.

"Banjir di bulan Maret ini saja sudah dua kali yang besarnya, rumah warga juga banyak yang dimasuki air, akibatnya sebagian barang ada yang tak terselamatkan," kata Adi Efendi, warga sekaligus pengurus Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Bukittinggi, Rabu (29/3/2023).

Adi menyampaikan, kawasan Pulai Anak Air tepatnya di RT 2 RW 1, rutin menjadi langganan banjir, dirinya berharap ada diberikan fasilitas perahu karet untuk siaga bencana.

Baca juga: Hampir Setiap Tahun, Warga Pulai Anak Air Bukittinggi Duga Selokan Kecil jadi Penyebab Banjir

"Banjir yang terjadi Selasa (28/3/2023) kemarin saja prosesnya sangat cepat, baru sebentar hujan langsung air ini masuk ke rumah-rumah warga," terang Adi.

Selain itu, tinggi genangan banjir kata Adi mencapai dada orang dewasa. Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi balita dan anak-anak.

"Jika ada perahu karet, tentunya warga bisa evakuasi terlebih dahulu. Menjelang bantuan datang. Jadi, dampak bencana bisa sedikit berkurang," ungkap Adi.

Selain perahu karet, permintaan pembangunan ulang bandar air di kawasan tersebut juga disampaikan oleh warga bernama Ipit (45). Dirinya menyebut, banjir bermula dari tak sanggupnya bandar menampung debit air.

"Awal mulanya hujan deras, lalu dengan cepat saja air langsung memasuki rumah saya. Dugaannya itu mungkin berasal dari bandar air (dekat rumahnya) yang terlalu kecil," kata ibu rumah tangga itu.

Baca juga: Banjir Bandang Hantam Rumah Warga di Balingka dan Koto Tuo Agam, Kerugian Ditaksir Puluhan Juta

Ipit menyampaikan, seharusnya pihak terkait memperbaiki atau membangun ulang bandar air tersebut. Sebab, jika hujan deras sering terjadi bencana banjir di kawasan itu.

"Saat banjir masuk ke rumah, anak-anak kami bawa ke tenda pengungsian yang berada di dataran lebih tinggi. Sementara saya berjaga di rumah saja," pungkas Ipit.

Sementara itu, Kalaksa BPBD Bukittinggi, Ibentaro Samudera mengatakan, pihaknya sudah ke lokasi dan evakuasi saat terjadi bencana banjir di Pulai Anak Air itu.

"Begitu laporan masuk, personel BPBD Bukittinggi langsung berangkat ke Pulai Anak Air yang terkena banjir menjelang berbuka kemarin itu," kata Ibentaro kepada TribunPadang.com.

Terkait dengan permintaan warga mengenai perahu karet tersebut, kata Ibentaro, sebaiknya dimusyawarahkan saat Musrenbang Kota Bukittinggi.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved