Banjir di Bukittinggi
Hampir Setiap Tahun, Warga Pulai Anak Air Bukittinggi Duga Selokan Kecil jadi Penyebab Banjir
Ada sekira lebih dari tiga meter perbedaan ketinggiannya, selain itu, juga terdapat bandar berukuran kecil yang seperti tak muat menampung debit air
Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Bencana banjir terjadi menjelang berbuka puasa di RT 2 RW 1, Pulai Anak Air, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar).
Bencana itu terjadi pada Selasa (29/3/2023), menyebabkan puluhan rumah terendam banjir dan ratusan warga terdampak. Diketahui, tenda pengungsian telah dipasang dan anak-anak menginap semalaman di sana.
Berdasarkan pengamatan TribunPadang.com pasca banjir di lokasi, kawasan RT 2 RW 1 Pulai Anak Air berada di dataran yang lebih rendah dibanding daerah sekitarnya.
Ada sekira lebih dari tiga meter perbedaan ketinggiannya. Selain itu, juga terdapat bandar atau selokan berukuran kecil yang tak muat menampung debit air saat hujan.
"Banjir tadi malam itu terjadi dengan cepat, setelah hujan deras turun air langsung masuk ke dalam rumah, ketinggiannya hingga dada orang dewasa," kata salah satu warga korban banjir, Ipit (45) kepada TribunPadang.com, Rabu (29/3/2023).
Baca juga: Banjir Rendam Puluhan Rumah di Bukittinggi Jelang Berbuka, Ratusan Jiwa Mengungsi
Ipit bercerita, saat banjir sudah mulai merendam rumahnya, dirinya segera mengevakuasi anak-anak dan beberapa perabotan yang masih bisa diselamatkan.
"Saya sekeluarga belum sempat berbuka puasa kemarin itu, sebab bencana ini terjadinya secara cepat saja. Jadi tergesa-gesa mengemasi barang dan menyelamatkan anak-anak," ungkap Ipit, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan tersebut.
Bencana banjir itu menurut pengakuan Ipit, telah sering terjadi di kawasan tersebut. Dirinya menduga disebabkan oleh bandar air yang berukuran kecil dan ketika hujan deras langsung melimpah ke luar.
"Kalau untuk dampaknya, yang paling besar itu baru kali ini sepengetahuan saya. Di sini memang sering banjir, hampir tiap tahun ada," tutur Ipit.
Ipit menyampaikan, dirinya memberanikan diri menetap di rumah yang terendam itu saat air sudah mulai surut. Sebab, ada beberapa peralatan yang tak bisa ditinggalkan.
Baca juga: Banjir Bandang Hantam Rumah Warga di Balingka dan Koto Tuo Agam, Kerugian Ditaksir Puluhan Juta

Sedangkan untuk anak-anaknya, Ipit memilih menitipkan mereka ke tenda pengungsian, supaya aman dan tidak sakit akibat bencana yang terjadi itu.
"Saat ini saya membutuhkan popok bayi dan vitamin untuk anak. Kalau untuk makanan rasanya sudah cukup, tadi sahur juga diberi nasi bungkus," terang Ipit.
Selain itu, Ipit juga meminta kepada pemerintah untuk membenahi bandar air yang berada di kawasan Pulai Anak Air itu, sebab setiap hujan deras bisa dipastikan selalu meluap.
"Bandar air itu mungkin bisa ditinggikan lagi beton pembatasnya, supaya saat hujan deras air ini tidak meluap," pungkas Ipit.
Selain Ipit, TribunPadang.com juga mengimpun cerita bencana banjir di Pulai Anak Air terhadap warga yang lain. Salah satunya adalah Adi Efendi.
Baca juga: Longsor dan Banjir di Sungai Batang Agam, Akses Jalan Terputus dan MTsN Teredam
Bukittinggi Diguyur Hujan Lebat Berjam-jam, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air |
![]() |
---|
Banjir di Ngarai Sianok Sudah 3 Kali Terjadi, Disebabkan Pendangkalan Aliran Sungai |
![]() |
---|
Akibat Banjir di Ngarai Sianok, Lumpur Penuhi Bangunan Milik Warga, Petugas Gabungan Bantu Bersihkan |
![]() |
---|
Banjir Terjang Pemukiman Warga di Aliran Sungai Ngarai Sianok Bukittinggi, Tinggi Air Capai 1 Meter |
![]() |
---|
Aliran Sungai Ngarai Sianok Meluap, Belasan Bangunan dan Puluhan Warga Terdampak Banjir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.