Gunung Marapi Erupsi

Tak Ada Pijaran Api, Erupsi Gunung Marapi Sumbar Ternyata Akibat Tekanan Uap Air

Letusan freatik itu dikenal juga dengan depresurisasi, disebut juga dengan letusan yang digerakkan oleh uap air.

Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Rahmadi
Istimewa
Visual erupsi di puncak Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar) hari ini, Senin (9/1/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat (Sumbar) ternyata masuk kategori letusan freatik.

Letusan freatik itu dikenal juga dengan depresurisasi, disebut juga dengan letusan yang digerakkan oleh uap air.

Informasi tersebut dikatakan oleh Kepala Pos Pengamatan Gunung Marapi, Teguh Purnomo kepada TribunPadang.com, Selasa (10/1/2023).

"Erupsi di Gunung Marapi secara sifatnya itu masuk kategori erupsi freatik. Sebab, terjadi akibat gerakan uap air yang terjadi ketika di dalam kawah," jelas Teguh.

"Uap air itu terjadi ketika air di dalam kawah dipanaskah oleh magma dan batuan material panas di dasar kawah," tambah Teguh.

Baca juga: Dilihat dari Rekam Jejak, Erupsi di Gunung Marapi Saat Ini Ternyata Masuk Siklus 4 Tahunan

Ruangan PGA Marapi di Belakang Balok Bukittinggi, Teguh Purnomo bersama timnya tengah memantau perkembangan letupan erupsi di Gunung Merapi melalui servernya, Sabtu (7/1/2023).
Ruangan PGA Marapi di Belakang Balok Bukittinggi, Teguh Purnomo bersama timnya tengah memantau perkembangan letupan erupsi di Gunung Merapi melalui servernya, Sabtu (7/1/2023). (TRIBUNPADANG.COM/Alif Ilham Fajriadi)

Analogi sederhananya itu, kata Teguh, diibaratkan serupa air yang dipanaskan di dalam teko.

Serupa itu juga sifat dari Gunung Marapi, hal itu ditinjau dari penelitian hingga pengamatan yang dilakukan kepada Gunung Marapi sejak lama.

"Jadi, kita ibaratkan serupa air dalam teko, lalu kita panaskan dan semakin panas bakal muncul uap dan penutup teko akan terbuka," terang Teguh.

Teguh menyampaikan, Gunung Marapi hampir sama dengan analogi itu, jadi karena kadar air dalam kawah yang dalam itu terjadi gesekan panas, lalu yang muncul keluar itu uapnya.

Uapnya itulah, kata Teguh, disebut dengan erupsi yang sedang dialami oleh Gunung Marapi sejak Sabtu (7/1/2023) lalu.

Baca juga: Erupsi Gunung Marapi Mulai Semburkan Material Bebatuan, Radiusnya 3 Km dari Puncak

 

Kendati demikian, Teguh menyebut, tak semua gunung serupa degan Gunung Marapi sifatnya. Ada juga gunung yang berbahaya seperti lava yang mengalir.

"Di satu sisi, Gunung Marapi bisa disebut jika terjadi letusan yang masih dalam batas wajar itu, tak menimbulkan bahaya yang signifikan serupa gunung api yang lain," jelas Teguh.

Jika pun nanti Gunung Marapi ini mengalami erupsi yang lebih besar lagi, kata Teguh, hanya berpotensi terhadap hujan abu hingga material kecil sebesar kelereng yang sampai ke pemukiman.

"Saat ini, kita belum bisa membaca potensi bahaya serupa hujan abu dan material kecil ke pemukiman ini, soalnya tidak bisa dipradugakan," tutur Teguh.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved