Mengingat Tsunami Aceh, Bencana Dahsyat Telan Ratusan Ribu Nyawa Tepat 18 Tahun Lalu

Sejumlah ahli menyebut, gempa di Aceh menjadi gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah.

Editor: Rahmadi
SERAMBINEWS.COM/BEDU SAINI
Suasana Simpang Lima Banda Aceh saat diterjang tsunami Minggu 26 Desember 2004. 

Padahal itu merupakan tanda-tanda tsunami yang belakangan diketahui oleh banyak orang.

Meski demikian, kala itu tidak diketahui oleh kebanyakan masyarakat di Aceh, hal yang berbeda dengan masyarakat di Pulau Simeulue.

Kearifan lokal melalui Nafi-Nafi Smong (cerita rakyat tentang tsunami 1907) membuat masyarakat sadar akan mitigasi dan peringatan dini bencana.

Sehingga budaya smong berdampak terhadap pengurangan risiko bencana di sana, hanya tujuh orang saja yang meninggal dunia akibat tsunami 2004 di Simeulue.

Sementara secara keseluruhan, sebanyak 133.153 orang meninggal dunia (dalam versi lain ditulis 230.000 jiwa) akibat tsunami Aceh 2004.

Baca juga: Warga Lolong Belati Berlarian ke Shelter SMPN 7 Padang, Selamatkan Diri dari Gempa dan Tsunami

Data tersebut sudah termasuk dari negara-negara lain yang ikut terdampak.

Sebanyak 525.00 penduduk mengungsi, sebagian rumah dan harta bendanya disapu ganasnya gelombang tsunami.

Namun yang lebih menyakitkan, ada anak kehilangan ayah dan ibunya, orang tua yang kehilangan anak kesayangannya.

Kemudian ada juga abang yang kehilangan adik kandungnya, si bungsu yang kehilangan kakaknya.

Sejak pagi itu, banyak jiwa yang menjadi kelam, trauma hingga sedih berkepanjangan sebelum kemudian bangkit lagi karena meyakini semua ini adalah ujian dari yang Maha Kuasa.

Baca juga: Dibangun Kembali Pasca Roboh, Kini Kampus STBA Prayoga Jadi Shelter Gempa Tsunami

bencana tsunami aceh
Gempa dan tsunami Aceh 2004. Pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,3 Skala Rithcer (SR) mengguncang Aceh. Gempa itu disusul gelombang tsunami yang menyapu sebagian besar daratan daerah tersebut.

Bahkan hingga 18 tahun berlalu, gempa dan tsunami Aceh masih menyisakan banyak luka bagi para korban.

Masih banyak anak yang menangis mengingat ayah dan ibu tersapu gelombang muntahan air laut kala itu, bahkan ada yang dihanyutkan gelombang tsunami di depan mata kepala mereka sendiri.

Masih banyak orang tua yang menitikan air mata bila mengingat masa-masa kelam itu.

Betapa dahsyat tsunami 2004 dapat tergambarkan dari berpindahnya kapal Apung sebesar 2.600 ton yang awalnya terparkir di pelabuhan Ulee Lheue.

Kapal tersebut berpindah ke pusat perumahan warga di Punge Blang Cut, Banda Aceh dengan jarak sekitar 5 kilometer dari tempat asalnya dan kini dijadikan salah satu situs tsunami.

Baca juga: Dibangun Kembali Pasca Roboh, Kini Kampus STBA Prayoga Jadi Shelter Gempa Tsunami

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved