POPULER SUMBAR: Polres Bukittinggi Naik Tipe dan Kisah Januri, Pengrajin Batubara Sawahlunto

Berita populer di TribunPadang.com bisa kembali Tribunners baca. Beberapa berita populer Sumatra Barat (Sumbar) sepanjang kemarin, Sabtu (29/10/2022).

Penulis: Rahmadi | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Muhammad Fuadi Zikri
Mapolres Bukittinggi di Jalan Jenderal Sudirman, Bukittinggi, Sumatra Barat 

TRIBUNPADANG.COM - Berikut sejumlah berita populer Padang di TribunPadang.com bisa kembali Tribunners baca.

Ada beberapa berita populer Sumatra Barat (Sumbar) sepanjang kemarin, Sabtu (29/10/2022) diantaranya:

1. Dikukuhkan Kapolda Sumbar, Polres Bukittinggi Resmi Menjadi Polresta Bukittinggi

Polres Bukittinggi kini telah resmi naik tipe dari tipe D menjadi tipe C, Sabtu (29/10/2022).

Artinya, Polres Bukittinggi kini resmi disebut dengan nama baru, yaitu Polresta Bukittinggi.

Baca juga: Polres Bukittinggi Bakal Dijabat Kombes Pol, Susul Kenaikan Tipe Jadi Polresta

Kenaikan tipe tersebut dikukuhkan langsung oleh Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono di lapangan upacara Polresta Bukittinggi.

Irjen Pol Suharyono menyampaikan, peningkatan tipe Polres ini merupakan upaya institusi Polri untuk memenuhi ekspektasi masyarakat.

Hal tersebut, kata dia, dengan naiknya tipe Polres, bisa meningkatkan kinerja polisi terkait pelayanan di masyarakat.

Peningkatan tipe Polres Bukittinggi menjadi Polresta Bukittinggi, adalah upaya institusi Polri untuk memenuhi dinamika dan ekspektasi masyarakat,” jelasnya di Polresta Bukittinggi.

Selain itu, Irjen Pol Suharyono juga menjelaskan, dengan naiknya tipe Polres tersebut, maka jabatan Kapolres akan naik juga, dari AKBP jadi Kombes Pol.

Baca juga: Dikukuhkan Kapolda Sumbar, Polres Bukittinggi Resmi Menjadi Polresta Bukittinggi

“Untuk peningkatan jumlah personil hingga tambahan sarana maupun prasarana nantinya segera menyusul,” kata Irjen Pol Suharyono.

Irjen Pol Suharyono menuturkan, selaku Kapolda Sumbar, dirinya sangat berterima kasih kepada seluruh masyarakat di Bukittinggi.

Sebab, telah memberikan dukungan kepada Polres Bukittinggi sehingga saat ini bisa naik tipe menjadi Polresta.

“Kepada seluruh personil, saya ucapkan juga selamat, atas kenaikan tipe Polres ini,” pungkas Irjen Pol Suharyono.

Lebih lanjut, Irjen Pol Suharyono meminta kepada seluruh personil Polresta Bukittinggi untuk sedia memberikan perlindungan dan pelayanan optimal kepada masyarakat.

Baca juga: Polres Bukittinggi Bakal Naik Tipe Menjadi Polresta, akan Dikukuhkan Kapolda Sumbar


2. Januri Pengrajin Batu Bara, Kerajinan Khas dari Kota Sawahlunto, Harga Satu Ukiran Capai Rp 4 Juta

Kota Sawahlunto terkenal sebagai daerah penghasil batu bara terbesar di Provinsi Sumatera Barat.

Tidak hanya digunakan dalam bidang industri, seorang warga Sawahlunto bernama Januri, mengolah batu bara menjadi sebuah karya seni ukiran yang menjadi buah tangan khas dari Kota Batu Bara itu.

Pria berusia 50 tahun itu, telah berkecimpung sebagai pengrajin ukiran batu bara sejak tahun 1990.

Keahlian Januri dalam mengolah batubara menjadi sebuah karya seni rupa didapatkannya secara otodidak.

Baca juga: Polres Bukittinggi Bakal Naik Tipe Menjadi Polresta, akan Dikukuhkan Kapolda Sumbar

Saat ini, Januri telah memiliki bengkel seni sendiri yang diberi nama Cindai Coal Art.

Cindai Coal Art terletak di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto.

Januri menjelaskan, perbedaan ukiran batu bara dengan ukiran lainnya terletak pada teksturnya.

"Tekstur batu bara mudah untuk diukir, sehingga tidak sulit membentuk pola atau corak yang diinginkan," ungkap Januri kepada TribunPadang.com, Sabtu (29/10/2022).

Berbekal berbagai jenis alat pahat, kedua tangan Januri berhasil menghasilkan ukiran batu bara dengan beragam bentuk.

Baca juga: Kabid Humas Polda Sumbar sebut Dugaan Penyebab Kebakaran PLTU Teluk Sirih dari Material Batu Bara

Adapun bentuk ukiran yang dibuat Januri berupa patung, asbak, mainan kunci dan bentuk lain sesuai pesanan.

Walaupun batu bara mudah untuk diukir, tetapi untuk mencapai hasil yang sempurna harus memiliki kesabaran dalam prosesnya.

"Inti membuat suatu karya seni adalah kesabaran, kalau terburu-buru hasilnya tidak akan maksimal," ujar Januri.

Lanjutnya, sebelum memulai mengukir batu bara, terlebih dahulu seorang pengrajin harus sejiwa dengan apa yang akan dibuatnya.

"Maksudnya sejiwa itu, kita harus bisa mengetahui betul bentuk detail dari apa yang alan kita buat, seperti patung hewan, kita harus tau seluruh bagian tubuh hewan itu," terangnya.

Baca juga: Tersangkut di Tanjakan Sitinjau Lauik, Truk Bermuatan Tonggak Beton Ditarik Tronton Batubara

Dikatakannya, proses pembuatan batubara menjadi sebuah seni ukiran memiliki waktu pengerjaan yang beragam sesuai bentuk dan tingkat kesulitannya.

"Untuk satu buah patung, seperti patung naga bisa memakan waktu pengerjaan hingga satu bulan," tuturnya.

Lalu untuk pembuatan asbak, Januri menghabiskan waktu satu hari untuk satu asbak.

Sementara, harga yang dipatok Januri  untuk satu ukiran patung berkisar Rp 1 juta samapai Rp 4 juta, tergantung corak dan kesulitan pembuatannya.

Lalu, untuk satu ukiran asbak berharga Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.

Baca juga: Meer Von Kandi Heritage Sawahlunto, Tambang Batubara yang Disulap Jadi Objek Wisata

Kata bapak tiga anak itu, penjualan ukiran batu bara sempat terhenti akibat pandemi Covid-19.

"Selama dua tahun, saat Covid-19 penjualan tidak ada, hanya satu dua pesanan saja," ucapnya.

Penjualannya kembali naik pasca meredanya pandemi tersebut.

Dikatakannya, peran media sosial sangat berpengaruh dalam pemasaran produknya.

"Pasca pandemi, pemesanan melalui online cukup banyak, itu sangat membantu pemasaran ukiran batubara ini," imbuh Januri.

Baca juga: Pemko Sawahlunto Siapkan Rp 600 Juta untuk Renovasi Objek Wisata Taman Satwa Kandi

Januri berharap seni ukiran batubara bisa menjadi perhatian bagi Pemerintah Kota Sawahlunto.

"Saat ini di Sawahlunto hanya tersisa lima orang pengrajin ukiran batubara, karena generasi muda yang berminat dalam bidang ini," katanya.

Ia mengatakan, akan sangat disayangkan jika nantinya tidak ada lagi pengrajin ukiran batubara.

"Ukiran batu bara merupakan buah tangan khas Sawahlunto, kami berharap ini bisa terus ada hingga kedepannya," tuturnya.

 

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved