Kota Bukittinggi
Kisah Tukang Foto di Jam Gadang Bukittinggi, Kerja Pagi Pulang Larut Malam, Setia Nunggu Pengunjung
Febri, pria berusia 37 tahun di Kota Bukittinggi, menjajakan jasanya sebagai tukang foto di kawasan objek wisata Jam Gadang Bukittinggi.
Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Rizka Desri Yusfita
lihat foto
"Kamera ini saja sudah cukup, sebab kita di luar ruangan juga, dan tak membutuhkan banyak perlengkapan," ujar Febri.
Dalam menjalankan pekerjaanya, Febri selalu membawa baterai cadangan.
Hal itu berguna baginya jika nanti daya baterai yang dibawanya habis, pengguna jasanya tak harus menunggu dulu.
Baca juga: Nasib Tukang Foto Keliling di Padang, Bersaing dengan Smartphone Berharap Wisatawan Saat Liburan
Baca juga: Kisah Tukang Foto Wisata di Pantai Air Manis Padang, Pernah Memotret Istri Mantan Presiden RI SBY
Febri menyampaikan, pemasukan bagi seorang tukang foto itu tidak menentu. Jika sedang banyak pelanggan, maka akan beruntung.
Namun jika tak ada pelanggan dalam sehari itu, kata Febri, artinya belum beruntung.
"Rezeki ini tak menentu, seperti cakak harimau (Peribahasa Minang yang artinya bisa berlaba besar pada hari tertentu)," tutur Febri sembari tertawa.
Kendati demikian, Febri menikmati hari-harinya sebagai seorang tukang foto. Sebab, katanya pekerjaan itu sudah menjadi bagian dari dirinya.
Ada 18 orang yang juga memiliki pekerjaan yang sama dengan Febri di sekitar Jam Gadang Kota Bukittinggi.
Mereka semua berpacu dengan nasib, tentang lapak siapa yang akan dikunjungi nantinya.
Namun, Febri mengatakan hal itu bukanlah menjadi permasalahan bagi dia. Sebab, rezeki sudah ada yang mangatur.
Febri mengatakan, tarif foto yang diletakkannya untuk ukuran cetak 12R adalah Rp25 ribu. Sedangkan untuk 6R sebesar Rp20 ribu.
"Selisih harganya hanya Rp5 ribu saja, dan konsumen juga bebas berpose seperti apapun yang mereka mau di sekitar kawasan Jam Gadang," pungkas Febri. (TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)
