Kota Bukittinggi
Cerita Febri, Sang Fotografer Keliling di Jam Gadang Bukittinggi: Banting Setir dari Pedagang Mainan
Tahun 2012 lalu adalah awal dari perjalanan Febri (37) sebagai penyedia jasa fotografi di objek wisata kawasan Jam Gadang Bukittinggi, Sumatera Barat
Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Fuadi Zikri
Hal itu, seakan menjadi semangat dirinya, untuk tidak pulang lebih cepat, berharap agar mampu mendapatkan konsumen tambahan.
"Berangkat itu pagi, dari pukul 07.00 WIB, dan pulangnya itu terkadang pukul 20.00 hingga 21.00 WIB," terang Febri.
Baca juga: SOSOK Fotografer Perempuan: Vivienne Jiang Punya Ciri Khas, Beauty Photoshot para Artis Ternama
Ternyata, jadwal yang disampaikan Febri itu hanya berlaku untuk hari-hari biasa saja.
Beda cerita lagi kalau waktu libur nasional atau lebaran. Ia bahkan harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih larut.
"Kadang pengunjung lebih ramai ketika hari libur, dan konsumen juga banyak, biasanya kalau libur itu yang berkunjung ini kebanyakan keluarga atau rombongan gitu," ungkap Febri.
"Biasanya, rombongan ini pasti butuh foto yang bisa dicetak untuk kenang-kenangan, jadi ketika libur nasional atau lebaran itu, penghasilan bisa lebih banyak dari biasanya," tambah Febri.
Baca juga: Inilah 9 Tempat Wisata di Bukittinggi, Bisa Dikunjungi saat Liburan Bersama Keluarga, Ada Jam Gadang
Febri hanya membawa perlengkapan seadanya, tak ada pencahayaan tambahan, lensa cadangan atau bahkan seragam berlogo.
"Hanya bawa satu kamera saja. Kamera ini saja sudah cukup, sebab kita di luar ruangan juga, dan tak membutuhkan banyak perlengkapan," kata Febri, dengan merek Fujifilm.
Namun, Febri selalu membawa baterai cadangan, hal itu berguna baginya jika nanti daya baterai yang dibawanya habis, konsumen tak harus menunggu dulu.
Febri menyampaikan, pemasukan bagi seorang fotografer itu tidak menentu. Jika sedang banyak pelanggan, maka beruntunglah mereka.
Baca juga: Tempat Wisata Bukittinggi: Ternyata Jam Gadang Ada Empat, 3 Berada di Batas Kota
Namun jika tak ada pelanggan dalam sehari itu, artinya mereka belum beruntung.
"Rezeki fotografer ini tak menentu, seperti cakak harimau (peribahasa minang yang artinya bisa berlaba besar pada hari tertentu)," tutur Febri sembari tertawa.
Kendati demikian, Febri menikmati hari-harinya sebagai seorang fotografer. Sebab, katanya pekerjaan itu sudah menjadi bagian dari dirinya.
Terdapat 18 orang yang juga memiliki pekerjaan yang sama dengan Febri di sekitar Jam Gadang Kota Bukittinggi.
Mereka semua berpacu dengan nasib, tentang lapak siapa yang akan dikunjungi konsumen nantinya.