Gempa Sumbar 2009
Kisah Penyintas Gempa Sumbar 30 September 2009, Mahmud Amin : Setelah 10 Menit, Lalu Hening Seketika
Seorang Penyintas Gempa Sumbar 2009, Mahmud Amin menuturkan saat terjadinya tragedi bencana alam gempa itu dirinya sedang belajar di ruang kelas lanta
Penulis: Hafiz Ibnu Marsal | Editor: Emil Mahmud
Suasana berubah, pandangannya mulai pudar akibat debu dari dinding yang roboh.
“Suara teriakan tidak lagi terdengar, mungkin ada yang sudah tertimpa," imbuh Uud yang saat itu masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD).
Di tengah keheningan, saat tidak tahu harus berbuat apa, tangan mungil Uud digenggam seorang sosok yang tidak ia kenal.
Sosok itu terlihat seperti orang berusia 25 sampai 30 tahun.
“Ia menarik saya menuju lorong yang di ujungnya terlihat cahaya," Ucap pemuda yang saat ini sudah berusia 23 tahun.
Uud menyangka sosok itu gurunya, tetapi ia tidak bisa melihat wajah sosok itu dan terus berlari menuju ujung lorong itu.
Berhasil mencapai ujung lorong, sosok itu mengarahkannya untuk melompat keluar bangunan GAMA.
Setelah melompat, Uud mendarat di atas rumah yang berada di belakang bangunan GAMA dengan selamat.
"Saya tidak menyangka bisa melompat sampai ke atap itu,” terang Sarjana Teknik mesin itu.
Melihat tingginya sekitar tiga sampai empat meter dari tempatnya melompat, Ia menilai untuk ukuran anak kelas lima SD itu sangat mustahil.
Seingatnya saat berada di atap itu azan magrib sudah berkumandang.
Sementara, sosok yang telah menariknya keluar dari reruntuhan itu sudah tidak ada lagi.
Dibantu warga yang berada diluar, Uud berhasil turun dari atap rumah itu.
“Saat sudah turun, tanpa kata-kata ada seorang nenek yang langsung memberi saya segelas air minum,” jelas Uud.
Setelah menghabiskan segelas air itu, nenek tersebut menunjukkan jalan menuju Kantor Pos yang berada di sekitar gedung GAMA.