Gempa Mentawai
Pengungsi Korban Gempa Mentawai Bertambah, Jadi 3.277 Orang dari Desa Simatalu
Kepala Badan Pelaksana (Kalaksa) BPBD Mentawai Novriadi mengungkapkan, jumlah korban gempa Mentawai yang mengungsi terus bertambah.
Penulis: Rima Kurniati | Editor: Mona Triana
Saat dihubungi Tribun Padang melalui pesan WhatsApp, Martinus Dahlan mengatakan tanggap darurat bencana ini bisa diperpanjang dengan melihat kondisi serta keadaan kedepannya.
"Ditetapkannya tanggap darurat ini, alasannya karena geografis. Dibutuhkannya waktu untuk penanganan," kata Martinus Dahlan.
Alasan lainnya adalah pendistribusian bantuan ke lokasi terdampak gempa yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
"Untuk berapa kerusakan dan bantuan apa yang diperlukan nanti ya. Saat ini sedang rapat dengan BNPB," kata Martinus Dahlan.
Gempa Mentawai berkekuatan M 6,1 yang mengguncang Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat pada Senin (29/8/2022) pukul 10.29 WIB, ternyata masih ada gempa susulan.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan bahwa masyarakat semestinya waspada menyusul gempa Mentawai, supaya tidak perlu panik.
Masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa, setelah peristiwa Gempa Mentawai agar sedapat mungkin mengenali gejala alamiah saat terjadinya gempa.
"Dengan mengenali karakteristik alamiah pelepasan energi gempa, biasanya gempa yang menimbulkan tsunami, guncangannya lebih dari 20 detik," kata Abdul saat konferensi pers pada Selasa (30/8/2022) sore.
Kemudian, jika guncangan kuat dari gempa tersebut lebih dari 20 detik masyarakat segera melakukan evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.
Namun, tetap harus diperhatikan keadaan sekitar, jika berada di dalam rumah waspadai benda-benda yang berpotensi jatuh ke bawah.
Lalu, jika kekuatan gempa sudah menurun, dan masyarakat berada di rumah, dapat melakukan hal-hal sederhana.
"Langkah-langkah kesiapsiagaan dengan alat-alat sederhana. Ambil kaleng bekas susun bertingkat, jika malam hari kita tertidur dan jika gempa tentu kaleng itu pasti jatuh. Itu menjadi warning bagi kita," ujar dia.
Selain itu, masyarakat tetap memperhatikan lingkungan di dalam rumah, misalnya lemari yang berpotensi roboh atau peralatan rumah tangga yang berpotensi jatuh ke bawah.
"Hal yang terpenting secara geografis kita tinggal di tempat itu (daerah rawan gempa) pesisir barat, harus kenali karakteristik alamiahnya," ujar dia.
Dijelaskannya, upaya keselamatan juga tidak bisa bergantung sepenuhnya kepada teknologi yang diupayakan pemerintah, karena fenomena geologi lebih banyak dari apa yang manusia ketahui.