Buya Syafii Maarif Wafat
Cerita Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Numpang Mobil Butut Buya Syafii Maarif, Dihalau Satpam tapi . .
Kala itu mobil Suzuki butut digunakan menghadiri konferensi pertemuan pemimpin agama seluruh dunia tahun 2004 di Istana Keraton Jogjakarta
Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
Sejak masih muda, pemilik nama Ahmad Syafii Maarif ini sudah mengajarkan pengetahuannya.
Berbagai daerah sudah dikunjungi sebagai guru.
Termasuk salah satunya adalah sebuah kampung di Lombok Timur, NTB.
Baca juga: Buya Syafii Maarif Wafat di RS PKU Muhammadiyah Gamping Pukul 10.15 WIB
Baca juga: BREAKING NEWS Buya Syafii Maarif Wafat, Pernah Jabat Ketua PP Muhammadiyah 1998-2005
Sekitar tahun 1957, Buya Syafii Maarif sudah mengahar di sekolah Muhammadiyah di daerah tersebut.
Mengutip Tribunnews.com, Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif dikenal sebagai salah satu tokoh dan pemikir Islam di Indonesia.
Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab dipanggil Buya Syafii lahir di Sumpur Kudus, 31 Mei 1935.
Ahmad Syafii Maarif menempuh pendidikan dasarnya di sekolah rakyat di Sumpur Kudus dan kemudian melanjutkan ke Madrasah Mualimin di Balai Tengah, Lintau, Sumatera Barat.
Setelah itu, Ahmad Syafii Maarif merantau ke Jawa dan melanjutkan pendidikannya di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta.
Setelah lulus, Ahmad Syafii Maarif diharuskan mengabdi di pendidikan yang dikelola organisasi Muhammadiyah dan dikirm ke Lombok, Nusa Tenggara Timur selama setahun.
Setelah menyelesaikan masa pengabdian, Syafii Maarif kemudian melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Surakarta.
Karena adanya pemberontakan PRRI/Permesta yang mengakibatkan terputusnya hubungan Sumatera-Jawa, Syafii Maarif tidak bisa lagi mendapatkan bantuan biaya kuliah dari saudaranya yang berada di Sumatera.
Ahmad Syafii Maarif pun memutuskan untuk berhenti kuliah.
Pada saat itu, Syafii Maarif menyambung hidupnya dengan menjadi guru desa di wilayah Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Ahmad Syafii Maarif kembali melanjutkan kuliahnya di Jurusan Sejarah Universitas Cokroaminoto dan berhasil meraih gelar Sarjana Muda pada 1964.
Sedangkan gelar Sarjananya diperoleh dari IKIP Yogyakarta empat tahun kemudian.