Mengenal Masjid Batu Tertua di Kota Pariaman, Berusia 143 Tahun, Tercatat sebagai Cagar Budaya

Masjid Raya Kota Pariaman ialah masjid batu tertua yang ada di Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Masjid ini beralamat di Jalan Bagindo Azis

Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Mona Triana
TribunPadang.com/Wahyu Bahar
Masjid Raya Kota Pariaman ialah masjid batu tertua yang ada di Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Masjid ini beralamat di Jalan Bagindo Azis Chan Nomor 56 Kelurahan Kampung Perak 

Bangunan luar masjid ini berwarna putih dan hijau, untuk kapasitas masjid ini dapat menampung sekitar 600 orang jamaah dalam waktu yang bersamaan.

Masjid Raya Kota Pariaman ialah masjid batu tertua yang ada di Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Masjid ini beralamat di Jalan Bagindo Azis Chan Nomor 56 Kelurahan Kampung Perak
Masjid Raya Kota Pariaman ialah masjid batu tertua yang ada di Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Masjid ini beralamat di Jalan Bagindo Azis Chan Nomor 56 Kelurahan Kampung Perak (TribunPadang.com/Wahyu Bahar)

Amhar mengungkapkan, dahulunya masjid raya Pariaman ini bernama Masjid Pasa (Pasar) Pariaman, dan kini sudah berubah nama menjadi Masjid Raya Kota Pariaman.

"Masjid ini awalnya bernama Masjid Pasa (pasar) Pariaman, seiring berjalannya waktu dan pertukaran pemerintahan. Waktu itu zamannya Bupati Anas Malik, jadi pertukaran nama masjid seiring Anas Malik mendirikan kota administratif yaitu Kota Pariaman," ungkap Amhar beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan, pembangunan masjid ini pada mulanya dibantu oleh anak-anak nagari Kenagarian Pasa.

"Jadi di kenagarian pasa (pasar) ini ada empat korong dulunya, yaitu korong kampuang perak, korong pasie, korong karan aua dan korong lohong.
Anak-anak nagari inilah yang membantu buya Syekh Muhammad jamil membangun Masjid Pasa Pariaman ini," tutur dia.

Kemudian Amhar mengungkapkan bahwa Masjid Raya Kota Pariaman ini belum pernah direnovasi sekalipun.

Menurutnya, bangunan masjid ini sangat kokoh.

Saat gempa bumi mengguncang Kota Pariaman pada September tahun 2009 lalu, masjid ini tidak terdampak kerusakan sedikitpun.

"Masjid ini tidak pernah direnovasi, dan ini asli semuanya, palingan ada penambahan tanpa mengurangi keaslian dari masjid ini, seperti menambah teras-teras," kata dia lagi.

Ia melanjutkan, awal mula pembangunan masjid ini didahului dengan pembangunan sebuah surau yang persis berada di samping bangunan masjid yang ada saat ini.

"Jadi sebelum masjid raya dibangun, ada Surau Anjuang yang ada di sebelah masjid ini. Sebelum masjid ini berdiri, Syekh Muhammad Jamil terlebih dahulu sudah membangun Surau Anjuang, sekira 30 tahun sebelum adanya Masjid Pasar Pariaman," tambahnya.

Amhar mengatakan, pada akhir abad ke-12 kalender hijriah itu, Syekh Muhammad Jamil berdakwah mengembangkan Agama Islam di Surau Anjuang itu.

Lebih lanjut kata dia, dulunya, anak-anak nagari belajar Agam Islam di Surau Anjuang itu.

"Syekh Muhammad Jamil mengajar anak nagari mulai dari korong kampuang perak, korong lohong, korong karan aua, korong pasia. Bukan itu saja, termasuk anak nagari subarang aia pampan juga, mereka mengaji ke sini," ucap dia.

Kemudian ia melanjutkan, untuk kepemimpinan dan kepengurusan Masjid Raya Kota Pariaman ini, setelah Syekh Muhammad Jamil wafat, yang mengurus masjid ini ialah anaknya yaitu Muhammad Yusuf Jamil.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved