Kuliner Sumbar: Ampiang Dadiah, Kopi Luwak di Rafflesia Luwak Coffee, Gratis Scrub Wajah
Kuliner Sumatera Barat (Sumbar) cukup beragam. Ada ampiang dadiah, kuliner Ranah Minang berbahan susu kerbau yang difermentasi dan kopi luwak
Penulis: Rizka Desri | Editor: Rizka Desri Yusfita
Desa tersebut bernama Batang Palupuah yang masuk ke dalam administrasi pemerintahan Kecamatan Palupuah.
Di sana terdapat satu usaha rumahan yang mengolah biji kopi yang ada pada kotoran musang liar menjadi segelas kopi yang nikmat.
Pemilik usaha itu bernama Umul Khairi, seorang perempuan paruh baya, warga asli Batang Palupuah.
Umul Khairi menamai usahanya 'Rafflesia Luwak Coffee'.
Bersama sang kakak, ia menjalankan bisnis itu dengan memanfaatkan beberapa ruang yang ada di rumahnya.
Sedikit ruang di teras yang menjorok di depan rumahnya untuk pengunjung yang ingin menikmati secangkir kopi luwak.
Lalu dapur kecil di belakang rumah untuk mengolah biji kopi, mulai dari membersihkan kopi, menyangrai, hingga menumbuknya.
Saat berbincang dengan TribunPadang.com, Umul mengatakan usahanya ini telah berjalan satu dekade lebih.
"Sejak tahun 2010," kata Umul di kedai kopinya, Kamis petang.
Tamatan akademi bahasa Inggris itu memulai bisnisnya setelah melihat perkembangan dan popularitas kopi luwak di Bali.
Umul yang saat itu merantau ke tanah Jawa dan Bali teringat masa kecilnya di kampung halaman yang sering meminum kopi dari olahan kotoran luwak.
Sebab, daerahnya merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Kabupaten Agam dikala itu.
Berada dipinggir ngarai dan berbatasan langsung dengan lebatnya hutan bukit barisan, keberadaan luwak tentu banyak.
Kopi yang menjadi salah satu makanan utama hewan nokturnal itu membuat kotoranya berserakan di sepanjang kebun kopi.
Orang tuanya adalah kebun kopi dan sekaligus menjadi petani kopi, meminum secangkir kopi setiap hari lazim baginya.