Gempa Guncang Pasaman Barat

Perjuangan Syafril, Hujan-hujan Bawakan Baju untuk Dua Putrinya di Tenda Pengungsian

Kisah heroik Syafril untuk dua putrinya diketahui saat TribunPadang.com menelusuri dampak gempa di pelosok Pasaman Barat, Minggu sore tadi.

Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: afrizal
TribunPadang.com/MuhammadFuadiZikri
Syafril hujan-hujanan saat berboncengan dengan temannya ketika membawa pakaian dari rumah ke tenda pengungsian di Kantor Bupati Pasaman Barat, Minggu (27/2/2022). 

Laporan Reporter TribunPadang.com, Muhammad Fuadi Zikri

TRIBUNPADANG.COM, PASAMAN BARAT - Kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya memang tak terhingga.

Apapun kebutuhan sang buah hati, kemana pun akan dicarikan.

Seorang pengungsi yang terdampak gempa bumi di Kabupaten Pasaman Barat ini contohnya.

Baca juga: Yusar Ceritakan Detik-Detik Gempa Guncang Pasaman Barat hingga Kepalanya Robek Akibat Runtuhan Rumah

Baca juga: Pengungsi Lansia yang Wafat di Pasaman Barat Dimakamkan di Panyabungan Sumut, Keluarga Ungkap Alasan

Ia bernama Syafril (35), ayah dari dua orang gadis kecil.

Kisah heroik Syafril untuk dua putrinya diketahui saat TribunPadang.com menelusuri dampak gempa di pelosok Pasaman Barat, Minggu sore tadi.

Ketika itu kami bersua di pertigaan Jorong Timbo Abu, Kenagarian Kajai, saat akses jalan ditutup sementara karena kunjungan pejabat negara.

Syafril saat itu berboncengan dengan teman laki-lakinya yang tampak sebaya dengannya.

Syafril hujan-hujanan saat berboncengan dengan temannya ketika membawa pakaian dari rumah ke tenda pengungsian di Kantor Bupati Pasaman Barat, Minggu (27/2/2022).
Syafril hujan-hujanan saat berboncengan dengan temannya ketika membawa pakaian dari rumah ke tenda pengungsian di Kantor Bupati Pasaman Barat, Minggu (27/2/2022). (TribunPadang.com/MuhammadFuadiZikri)

Cuaca yang dalam keadaan gerimis, karena lama menunggu jalan kembali dibuka, secara tiba-tiba hujan semakin deras.

Kami yang sama-sama menunggangi motor pun kalang kabut mencari tempat berteduh.

Saya melindungi kamera yang ada dalam tas punggung, sedangkan ia menyelamatkan seonggok kain berbungkus plastik yang ia bawa.

Ternyata itu adalah pakaian yang diambil dari rumah untuk kedua anaknya.

Baca juga: Warning BMKG Pasca-Gempa Bumi Pasaman Barat, Waspada Potensi Longsor dan Banjir Bandang

"Baju-baju untuk anak-anak," ucapnya singkat saat saya menanyakan keadaan barang bawaannya.

Pertanyaan yang saya lontarkan itu ternyata menjadi pembuka percakapan antara kami berdua.

Walau sebetulnya yang berteduh di teras rumah warga yang kami pilih bukan hanya kami berdua saja.

Salah satunya adalah teman saya yang membawa motor.

Dari percakapan antara kami berdua, cukup banyak pertanyaan yang saya berikan kepadanya.

Sebab rasa ingin tahu saya terhadap kondisi kesehatan Syafril yang ketika itu matanya merah.

Selain itu saya juga "kepo" dengan kondisi rumah dan keluarganya pasca guncangan gempa.

Dengan senyum ia menjawab satu persatu pertanyaan itu.

"Kami sekarang mengungsi ke Kantor Bupati (Pasaman Barat)," kata Syafril saat menjawab pertanyaan kedua dari saya.

Ia menuturkan alasannya kenapa mengungsi ke posko pengungsian utama itu.

Rumahnya memang tak hancur serupa rumah tetangga, tapi gempa kencang yang membuatnya trauma mamaksa untuk mengungsi.

"Biar aman, karena anak-anak masih kecil," ungkap Syafril.

Ia mengungsi sudah sejak Jumat lalu dan kini memasuki hari ketiga.

Bekal seadanya yang ia bawa sudah tidak lagi tersisa, terutama pakaian anak kesayangannya.

"Anak sudah nangis, karena bajunya dari kemarin tidak diganti, semuanya sudah kotor," tuturnya.

Syafril mengungkapkan, bersama temannya ia berangkat dari pengungsian ke rumahnya pagi tadi.

Sebelum berangkat, ia sempat mencari informasi apakah ada bantuan baju atau tidak.

"Bantuan baju belum ada, makanya saya pulang untuk ambil baju," terang Syafril.

Rumahnya berada di Jorong Tanjung Aro, Nagari Kajai yang berjarak belasan kilometer dari pengungsian.

Sedangkan temannya berada di Jorong Mudiak Simpang di nagari yang sama.

Saat berangkat dari pengungsian, ia menyebut cuaca dalam keadaan cerah, tapi gerimis terjadi saat dia kembali.

Dari rumah, Syafril membawa beberapa helai baju anaknya dibalut dengan mantel plastik agar tidak basah.

Sedangkan temannya membawa baju dengan sebuah koper berukuran sedang.

"Kami semuanya Alhamdulillah tidak apa-apa, semuanya sehat," jawaban terakhir Syafril setelah jalan kembali dibuka.

Saat kendaraan lain diperbolehkan lewat, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan.

Ternyata kami telah berbicara sekitar 15 menit lebih.

Sebelum pergi, saya tak lupa memberinya semangat dan  mengahadapi musibah ini.

Dalam perjalanan, Syafril terlihat memilih untuk bonceng dengan memeluk koper milik temannya.

Mereka berdua tidak menggunakan jas hujan alias mantel. Padahal hujan sedang masih mengguyur.

Pelan-pelan mereka menuju tenda pengungsian.

"Anak-anak sudah menunggu," pungkasnya.

Syafril memberi nama kedua putrinya Selfi yang kini duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar (SD) dan Safira yang masih berusia tiga tahun. (*)

 
 
 

 
 
 
 
 
 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved