Opini Citizen Journalism

Mengkritik Vs Memprotes : Apakah Kritikan dan Protes, Itu Bisa Dipertukarkan ?

Berhati-hatilah jika sudah tidak ada lagi orang yang mau mengkritik kita karena pada titik itulah kita akan berhenti berkembang

Editor: Emil Mahmud
Tribunnews.com
Ilustrasi: Menulis bahasa yang bermakna. 

Fenomena ini menjadi bukti bahwa bahasa itu memiliki daya yang tidak sederhana.

Permainan pun dapat dilakukan lewat bahasa. Dalam Ilmu Bahasa atau Linguistik ada yang disebut dengan linguistic pun.

Bahasa dapat dimainkan sehingga ada unsur-unsur lain yang di-highlight dalam berbahasa.

Terkait dengan kritikan dan protes, sering terjadi motivasi untuk mengaburkan keduanya.

Untuk pembenaran atas sebuah perbuatan, protes kemudian disebutkan sebagai kritikan.

Baca juga: Indahnya Baso

Baca juga: Kamuflase Lewat Bahasa

Dengan modus untuk tujuan kebaikan, sebuah protes diklaim sebagai kritikan.

Yang pasti, kedua bentuk kritikan dan protes dapat diidentifikasi ketika konteks dilibatkan.

Potensi multitafsir bisa diminimalisir ketika ada orang yang bermaksud untuk memprotes kemudian disebutkan mengkritik atau sebaliknya kritikan dituduhkan sebagai bentuk protes.

Konteks sangat membantu dalam memisahkan maksud kritik dan protes ini.

Apa pun tujuannya, berbahasa tentu dilakukan untuk berkomunikasi.

Walau digunakan untuk mengkritik atau memprotes, berbahasa idealnya tentu disampaikan dengan cara yang baik. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved