Advertorial
Anak Seorang Penjahit, Asal Solok Raih Gelar PhD, dan Jadi Pejabat Perusahaan Listrik di Prancis
KENDATI sering kali dicemooh karena kondisi ekonomi keluarga, tidak membuat Siska Hamdani menyerah.
KENDATI sering kali dicemooh karena kondisi ekonomi keluarga, tidak membuat Siska Hamdani menyerah.
Anak seorang penjahit pakaian itu berhasil mengubah nasibnya. Ia menapak tangga sukses dengan menyelesaikan PhD dan menjadi pejabat di perusahaan EDF (Électricité de France S.A) sebuah perusahaan utilitas listrik Prancis (semacam BUMN).
Berikut succses story Siska Hamdani, berawal medio 2000-an awalnya, perempuan tersebut bukanlah siapa-siapa.
Wanita asal Nagari Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) itu hanya seorang mahasiswi berprestasi di Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP) yang mendapatkan beasiswa semester gratis dari Bumi Asih, karena meraih nilai IP rata-rata 3,98-4.0.
Bahkan berkat kecerdasan yang dimilikinya, ia pun berhasil menamatkan kuliah dalam waktu 2,5 tahun dari rata-rata masa kuliah di ATIP 4 tahun.
"Saya tamat ATIP Tahun 2002. Saya bersyukur bisa tamat dari ATIP dalam waktu 2,5 tahun dan selama kuliah saya gratis uang semester, karena dapat beasiswa dari Bumi Asih. Beasiswa itu didapat karena saya meraih IP tertinggi dari untuk semua jurusan di ATIP," kata Siska anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Yulizar (69) dan almarhumah Yasma Erni itu.
Sebelum kuliah di ATIP, wanita kelahiran 25 Januari 1980 itu menempuh pendidikan SD 01 Jawi-jawi dan pernah meraih juara umum di sekolahnya.
Tamat tahun 1992, Siska melanjutkan sekolah ke SMP 3 Gunung Talang. Di SMP, ia pun juara berhasil meraih juara umum dan juga sering dilibatkan pihak sekolah untuk mengikuti lomba P4 tingkat Provinsi dan lomba speech contest (lomba pidato) Bahasa Inggris.
Tamat SMP Tahun 1995, Siska kemudian melanjutkan sekolah ke Kota Padang, yaitu di Sekolah Analisis Kimia Padang (SMAKPA).
Di sekolah yang berada di bawah Kementerian Perindustrian itu, Siska pun juga mendapakan beasiswa gratis uang SPP, karena meraih juara umum sejak dari Catur Wulan III.
Meski begitu, sekolah gratis di SMAKPA juga dicemooh orang kampung ketika itu.
"Ada beberapa orang kampung yang mencemooh orangtua saya. Mereka bilang ke orangtua saya, kalau saya tidak tahu diuntung sekolah di SMAKPA, karena di SMAKPA itu biaya sekolahnya mahal. Tapi orangtua tidak menjawab apa kata orang itu, dan mereka yang mencemooh itu juga tidak tahu kalau saya dapat beasiswa full sejak tahun kedua," ujarnya.
Siska mengatakan bahwa setelah tamat dari ATIP, ia banyak mendapat nasehat dari orang-orang hebat yang merupakan akademisi di Unand, seperti Prof Dr H Novesar Jamarun, MS (Pembantu Rektor I Unand 2006-2010),
Zam Sibar (dosen Jurusan Kimia Unand) dan alm. Rusdi Jamal yang pernah menjadi Wakil Rektor I Unand. “
Mereka menyarankan saya untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Gajah Mada (UGM). Dengan senang hati, saya pun kemudian mengikuti saran tersebut,” kata Siska yang dihubungi via WhatsApp/WA.