HUT Kemerdekaan RI

Kisah Kakek Nawi: Pejuang Kemerdekaan RI di Padang, Saksi Agresi Militer Belanda saat Kuasai Sumbar

"Jika saya meninggal nanti, anak saya, cucu saya, cicit saya selamat aman dan tenteram." Itulah harapan

Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA
Kakek Nawi (99) didampingi istrinya tampak mengepalkan tinju menunjukkan ekspresi semangat mereka saat ditemui di rumahnya, Senin (16/8/2021). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - "Jika saya meninggal nanti, anak saya, cucu saya, cicit saya selamat aman dan tenteram."

Itulah harapan dari seorang veteran pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Padang bernama Nawi.

Nawi ialah satu-satunya saksi sejarah perjuangan tentara Indonesia melawan penjajah yang masih hidup di Padang.

Saat ditemui di rumahnya, Nawi menceritakan pengalamannya di medan perang saat melawan tentara Belanda.

Usianya yang tak lagi muda, tidak membuat ingatan masa-masa berjuang itu pudar. 

Peristiwa demi peristiwa terkenang erat diingatan Nawi.

Pada usia ke 22 tahun, Nawi mulai turun ke medan juang. 

Dia menjadi bagian dari perang kemerdekaan di Kota Padang.

Nawi pernah ikut perang melawan Belanda untuk merebut kemerdekaan.

Ia berjuang mengusir Belanda saat Agresi Militer 1 dan 2 pada tahun 1947 hingga 1948.

Saat itu Belanda hampir menguasai seluruh kota di Sumbar.

"Pada 1945 1946 1947 kita berjuang di Padang luar kota sampai ke Bungus. Pada 1947 baru mundur ke Solok. Masuk Belanda ke Solok."

Nawi (99) didampingi istrinya tampak mengepalkan tinju menunjukkan ekspresi semangat mereka saat ditemui di rumahnya, Senin (16/8/2021).
 
Nawi (99) didampingi istrinya tampak mengepalkan tinju menunjukkan ekspresi semangat mereka saat ditemui di rumahnya, Senin (16/8/2021).   (TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA)

Baca juga: Presiden Jokowi Pimpin Upacara, Apel Kehormatan dan Renungan Suci di TMP Kalibata

"Masuk pula Belanda dari Lubuk Alung, Belanda menguasai Kota Bukittinggi, Padang Panjang, sampai Payakumbuh," terang Nawi (99).

Nawi menuturkan saat itu ia dan rombongan lari ke Pariaman.

"Terpaksa dalam hutan, malam bisa keluar, siang tidak bisa, menentang maut," ungkap kakek kelahiran 12 Mei 1923 ini.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved