Berita Agam Hari Ini
Diduga Harimau Penerkam Kerbau di Agam, Petugas BKSDA Usir Pakai Bunyi-bunyian saat Malam Hari
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat melalui Resor Agam melakukan pengusiran terhadap binatang buas yang diduga Harimau Sumatera p
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
"Kerbaunya tidak marti, tapi mengalami luka di kaki kiri sehingga kakinya lumpuh," ujarnya.
Pihaknya sampai saat ini masih melakukan pengusiran dan belum memasang kerangkeng untuk menangkap satwa liar tersebut.
Baca juga: 3 Kerbau Milik Warga Matur Agam, Diduga Diterkam Harimau Sumatera: 1 Mati dan 2 Luka-luka
Baca juga: Harimau Sumatera Ciuniang Nurantih Dilepasliarkan ke Kawasan TNKS, Diangkut Pakai Helikopter
Warga Pasaman juga Temukan Jejak Harimau
Sementara itu, warga di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumbar sempat dikagetkan lantaran adanya jejak baru Harimau Sumatera (panthera trigis sumatrae).
Kepala Resort Pasaman BKSDA Sumbar, Rusdiyan P mengatakan, jejak kaki Harimau Sumatera tersebut didapati warga di Jorong Pagaran Tanjung Botung, Nagari Koto Nopan, Kecamatan Rao Utara, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumbar.
Menurutnya, jejak mirip Harimau Sumatera itu didapati oleh warga setempat ketika melintas ke tempat untuk melakukan MCK (mandi, cuci, kakus) di daerah sekitar Jorong Pagaran Tanjung Botung, Nagari Koto Nopan, Kecamatan Rao Utara, Pasaman tersebut.
"Jejak mirip Harimau Sumatera itu ditemukan warga pada Rabu (17/2/2021) yang lalu, dan selannjutnya tim BKSDA melalui resor konservasi Pasaman pada Kamis (18/02/2021) mendatangi lokasi tersebut," kata Rusdiyan P kepada TribunPadang.com, Minggu (21/2/2021).
Rusdiyan membenarkan adanya ditemukan jejak harimau sumatera tersebut saat melewati kawasan dekat pemukiman masyarakat.
Baca juga: Warga Terdampak Musim Kemarau, BPBD Distribusikan Air Bersih di Kawasan Padang Selatan
Baca juga: Beruang Kerap Muncul di Agam, BKSDA Pasang 2 Perangkap Besi di Kawasan Kelok 44
"Walaupun dia (harimau sumatera) lewat, tapi bisa dikategorikan konflik dalam skala ringan," ujar Rudiyan.
Rusdiyan menyebutkan, konflik skala ringan tersebut ketika harimau melewati pemukiman masyarakat, tapi tidak menimbulkan korban.
Namun, masyarakat yang berada di lokasi yang dilewati harimau tersebut secara psikologis terganggu.
"Kalau dugaannya ada lebih dari 1 ekor. Jadi, diperkirakan ada sebanyak 2 ekor. Kita melihat jejaknya ada 2 ukuran, dan kemungkinan itu induk sama anaknya," kata Rusdiyan.
Disebutkannya, kebiasaan harimau yang beriringan tersebut adalah induk dan anaknya. Karena ada 1 jejak besar dan 1 jejak kecil.
"Kawasan tersebut berbatasan langsung dengan hutan lindung, apalagi ladang masyarakat. Saat masyarakat pergi ke ladang sudah biasa melihat tanda-tanda keberadaan harimau itu," katanya.
Selain itu masyarakat sudah terbiasa mendengar suara auman dari Harimau sumatera.