MTQ Nasional
Cerita Arian Nor, Qari Difabel Netra Banjarmasin di MTQ Nasional, Khawatir Hal Ini saat Tampil
Satu di antara cabang yang diperlombakan adalah tilawah cacat netra yang berlangsung di Gedung Rohana Kudus, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Gelaran Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Nasional masih berlangsung hingga hari ini, Rabu (18/11/2020).
Satu di antara cabang yang diperlombakan adalah tilawah cacat netra yang berlangsung di Gedung Rohana Kudus, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Saat tampil, para peserta dipapah ke panggung.
Baca juga: Hari Keempat MTQ Nasional di Venue Gor UNP, 59 Peserta Ikuti Cabang Kaligrafi Kontemporer
Seperti pria asal Kampung Melayu, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Arian Nor (30).
Di atas panggung, Arian dituntun dan diberi instruksi, lalu duduk secara perlahan. Mikrofonnya diatur.
Setelah itu Arian melantunkan ayat-ayat suci Alquran dengan syahdu.
Arian mengakui saat tampil masih ada rasa grogi.
Ia khawatir bacaaan yang dilafalkannya ada yang keliru.
"Grogi tentu, tapi saya mengusahakan diri tidak banyak pikiran. Hanya kekhwatiran saya saat tampil, takut salah," kata Arian kepada TribunPadang.com usai lomba, Rabu (18/11/2020).
Baca juga: Empat Hari Berjalan, Kanwil Kemenag Sumbar Nilai MTQ ke-28 Berjalan Sukses dan Lancar
Arian dengan jujur mengaku tidak bisa mengomentari penampilan dirinya sendiri sebab ada orangtuanya yang mendengarkan sebagai penonton dan ada pelatih yang juga ikut mendengarkan.
Ia berjelas-jelas tujuan dia ke Padang ikut MTQ Nasional, tampil bukan hanya melaksanakan tugas saja, melainkan ia berusaha dengan sebaik-baiknya.
"Intinya saya berusaha, jikapun ada kekhawatiran saya coba singkirkan pelan-pelan, walaupun itu tetap ada takut salah, takut suara serak," ungkap Arian.
Arian mengaku saat tampil suaranya sering tiba-tiba serak dan pecah.
Hal itulah yang ia khawatirkan. Tapi ia coba singkirkan itu.
Baca juga: Gempa Berturut-turut di Padang, Pendamping MTQ Nasional Khawatirkan Adanya Tsunami
"Jikapun serak biarlah, tapi saya berusaha," ucap anak bungsu dari empat bersaudara ini.
Saat namanya dipanggil, Arian fokus saja naik ke mimbar itu melaksanakan tugasnya membacakan ayat suci Alquran.
Dia tak perlu lagi memikirkan takut serak.
Dalam kompetisi ini, tata tertib yang harus ditaati oleh para peserta sebelum tampil di panggung, terlebih dahulu dewan hakim akan memberikan isyarat terhadap para peserta untuk kemudian dipanggil dan disilakan menuju ke panggung.
Ketika duduk di panggung untuk tampil, para peserta harus memperhatikan bunyi bel sebagai petunjuk teknis.
Jika bel berbunyi satu kali, peserta memulai penampilannya.
Baca juga: Gempa Kembali Guncang Padang, Penonton MTQ Nasional Cabang Fahmil Quran Berhamburan Keluar
Sementara bel berbunyi dua kali, sebagai tanda jika waktu penampilan segera berakhir.
Bel ketiga kalinya, peserta disilakan mengakhiri lantunan ayat Al-Quran-nya.
Arian juga mengaku khawatir bunyi bel-nya terlalu keras sehingga membuat ia kaget.
"Saya kagetan orangnya, tapi Alhamdulillah panitia mengatur bel sudah sangat baik, sehingga saya mendengar tidak terlalu pelan dan tidak juga terlalu keras," kata Arian.
Arian sudah bertahun-tahun belajar Alquran.
Ia bersyukur, pelatih sangat setia mengajarkan dia Alquran dari nol.
"Dari suara hancur sampai sekarang. Alhamdulillah bisa dipercaya Kalsel untuk maju ke sini (Padang-red) silaturahmi dan bertemu qori dan qoriah," tutur Arian.
Baca juga: Pedagang Berjualan di Lokasi Venue MTQ Nasional, Raih Omset Rp 500 Ribu Per Hari
Belajar Alquran, kata Arian, yang penting punya semangat.
Dia bercerita awalnya ia belajar Alquran. Ketika datang ke pelatih, ia jujur suaranya tidak mumpuni.
Namun pelatih terus memberi semangat, dengan kata-kata "Coba aja dulu, kalau nyata tidak bisanya, baru bilang enggak bisa."
"Kalau sekarang kamu enggak bisa, karena kamu belum belajar. Kamu bodoh masalah tilawah ini," katanya begitu ujar Arian menirukan.
Intinya belajar Alquran dicoba dulu, kalau sudah di coba akan tahu hasilnya, bisa enggak bisa terjadi setelah mencoba.
Arian terus belajar mencoba. Dengan keadaan seperti sekarang ini pun Arian dikatakan oleh semua pelatih, masih belum bisa.
Dia tahu tujuan pelatih mengatakan begitu, agar ia terus semangat belajar. Karena target bisanya baca Alquran tidak ada target, unlimited.
"Saya berpesan, rajin-rajinlah mempelajari Alquran. Karena mempelajari Alquran itu nikmat. Nikmatnya rasakan saja sendiri, belajarlah!," imbuh Arian. (*)