Normalisasi Hubungan Israel-UEA dan Bahrain Berlanjut, Ada 5 Alasan Meski Khianati Palestina
Delegasi Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani perjanjian perdamaian pada Selasa (15/9/2020) waktu setempat
Tentu saja normalisasi ini menjadi pukulan besar bagi Palestina, yang bertahun-tahun hidup di bawah kudeta Israel.
Warga Palestina mengutuk "Abraham Accords" sebagai bentuk pengkhianatan.
Perjanjian baru itu melanggar konsensus Arab lama yakni harga hubungan normal dengan Israel adalah kemerdekaan bagi Palestina.
Tapi kini Israel semakin kuat dengan adanya UEA dan Bahrain, sedangkan Palestina masih berada di bawah tekanan pendudukan di Yerussalem Timur dan Tepi Barat.
• 4,35 Ton Amonium Nitrat Ditemukan di Dekat Pelabuhan Beirut, Presiden Lebanon Minta Selidiki

Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan, penguasa de facto UEA, mengatakan bahwa kesepakatannya dengan Israel untuk menghentikan aneksasi sebagian besar Tepi Barat Palestina.
PM Netanyahu nampaknya mundur dari keinginan mencaplok Tepi Barat, setidaknya sementara ini karena tekanan internasional yang kuat.
Kekahwatiran Palestina makin menjadi-jadi setelah Bahrain ikut menormalisasi hubungan dengan Israel.
Sebab hal itu tidak akan terjadi tanpa persetujuan Arab Saudi, dan mirisnya Arab Saudi merupakan penulis rencana perdamaian Arab yang menuntut perdamaian Palestina.
5. Iran Turut Mengecam Perjanjian Normalisasi
Para pemimpin Iran mengecam perjanjian normalisasi Israel-UEA dan Bahrain.
Perjanjian "Abraham Accords" membuat Iran semakin tertekan.
Sanksi dari Trump sudah menyebabkan penderitaan ekonomi yang nyata ditambah kabar normalisasi ini.
Pangkalan udara Israel jaraknya jauh dari Iran.
Sedangkan UEA berada tepat di seberang perairan Teluk.
Itu akan menjadi sangat penting jika ada pembicaraan kembali tentang serangan udara terhadap situs nuklir Iran.
(Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com berjudul; Lima Alasan Normalisasi Hubungan Israel-UEA & Bahrain, Tetap Lanjut Walau Dinilai Khianati Palestina